Magang ke Jepang di Tengah Skripsi, Mahasiswa STIE Malangkucecwara Buktikan Tak Ada Kata Terlambat
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Nurlayla Ratri
04 - May - 2025, 05:13
JATIMTIMES - Keterlambatan kerap dipandang sebagai hambatan, tetapi bagi Nur Isna Faisa, justru menjadi pintu awal menuju pengalaman berharga. Mahasiswi Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Malangkucecwara asal Jambi ini berhasil lolos seleksi program magang ke Jepang, meski baru mendaftar di hari terakhir.
Tak hanya itu, ia kini bersiap menjalani sidang skripsi secara daring langsung dari Jepang, membuktikan bahwa keterbatasan waktu bukanlah akhir dari segalanya. Isna, begitu ia akrab disapa adalah alumni MAN 3 Kediri yang kini duduk di semester akhir.
Baca Juga : Puluhan Jurnalis Gelar Peringatan Hari Kebebasan Pers Dunia di CFD Kota Malang
Dengan pengalaman kerja yang tergolong minim, hanya satu bulan magang di sekolah asalnya, Isna memberanikan diri mendaftar program magang luar negeri di salah satu perusahaan Jepang, Nishitani. Awalnya, ia tidak memiliki rencana mengikuti program ini, tetapi dorongan untuk menambah jam terbang dan memperluas cakrawala membuatnya berubah haluan di detik-detik terakhir.
“Awalnya belum kepikiran sama sekali, tapi pas tahu ada program magang, saya langsung ambil keputusan. Daftarnya literally di hari terakhir,” ujar mahasiswa asal Sidoarjo ini.
Keputusan mendadak ini tak lantas mudah dijalani. Dengan waktu yang terbatas, Isna harus berpacu menyiapkan beragam persyaratan administratif mulai dari paspor, visa, hingga tes wawancara seleksi. Sementara itu, di tengah padatnya persiapan, ia juga tengah merampungkan skripsi. Namun, alih-alih kewalahan, Isna justru mampu menyelesaikan seminar proposal dan hasil dalam waktu cepat, menyisakan satu tahap terakhir sidang skripsi yang akan ia tempuh secara daring selama berada di Jepang.
“Sudah sempro, sudah semhas, jadi tinggal sidang saja. Nanti sidangnya online dari Jepang. Pulang-pulang insyaallah langsung wisuda,” kata Isna dengan nada optimis.
Program magang ini bukan sekadar jalan pintas mencari pengalaman kerja. Isna melihat kesempatan ini sebagai jalur strategis untuk menambah kompetensi lintas budaya dan bahasa. Terlebih, sebagai mahasiswa manajemen, ia menyadari bahwa menembus dunia kerja Jepang bukanlah hal mudah. Persaingan pun ketat dari delapan peserta yang ikut seleksi, hanya empat yang lolos. Isna termasuk salah satunya.
“Saya pengen nambah pengalaman, terutama kerja dan bahasa Jepang. Di bidang manajemen, kesempatan begini tuh langka, makanya saya ambil,” tambahnya.
Namun tak semua hal berjalan mulus...