Akhir Dinasti Sufi: Nasib Panembahan Giri setelah Penaklukan Pangeran Pekik

Reporter

Aunur Rofiq

Editor

Yunan Helmy

25 - Apr - 2025, 03:24

Ilustrasi Panembahan Giri berdiri dalam keheningan duka, menyaksikan kehancuran Giri Kedaton yang pernah jaya. Di hadapannya, Sultan Agung menunjukkan welas asih seorang pemenang yang arif, sementara Pangeran Pekik berusaha menenangkan hati sang ulama tua yang terpukul. (Foto: Ilustrasi dibuat oleh JatimTIMES)


JATIMTIMES  - Penaklukan Giri Kedaton oleh Pangeran Pekik atas perintah Sultan Agung Mataram pada tahun 1636 bukan hanya peristiwa militer dan politik semata, melainkan juga sebuah trauma spiritual dan kultural bagi tradisi Islam-Jawa yang telah mengakar kuat sejak masa Sunan Giri dan Sunan Prapen. Giri bukan sekadar pusat dakwah, tetapi simbol otoritas keagamaan yang otonom dari hegemoni kerajaan duniawi.

Artikel ini meninjau nasib para pemuka ulama Giri pasca-penaklukan, berdasarkan data historiografi dari sumber primer dan sekunder, baik babad Jawa, catatan Belanda, maupun karya sejarah modern.

Baca Juga : Kiai Kasan Ngalwi dan Bupati Brotodiningrat: Jejak Karismatik Ulama Guru Penguasa Ngawi-Madiun

Setelah penaklukan Giri oleh pasukan gabungan Mataram dan Surabaya di bawah pimpinan Pangeran Pekik pada tahun 1636, satu pertanyaan penting muncul dalam alur sejarah Islam Jawa: bagaimana nasib para pemuka ulama Giri? Apakah mereka binasa bersama runtuhnya supremasi spiritual Giri, ataukah mereka berhasil menyusup ke dalam tatanan kekuasaan Mataram yang tengah mengukuhkan supremasinya?

Menaklukkan Benteng Spiritual Jawa: Pangeran Pekik dan Penyerbuan ke Giri Kedaton (1635–1636)

Giri Kedaton berdiri sebagai pusat spiritual dan kekuasaan Islam di Jawa Timur sejak akhir abad ke-15. Didirikan oleh Sunan Giri, pusat ini menjadi kiblat legitimasi Islam politik di Jawa sebelum akhirnya mengalami subordinasi di bawah Kesultanan Mataram. Dinasti Giri dipimpin oleh para tokoh spiritual bergelar sunan dan kemudian panembahan. Perubahan gelar tersebut mencerminkan transisi dari otoritas keagamaan yang independen menjadi kekuasaan simbolik di bawah tekanan politik kerajaan.

Setelah wafatnya Sunan Prapen pada tahun 1605, kepemimpinan Giri Kedaton dilanjutkan oleh Panembahan Kawis Guwa atau dikenal pula sebagai Sunan Giri V, yang memerintah hingga 1616. Ia kemudian digantikan oleh Panembahan Ageng Giri, yang memimpin antara tahun 1616 hingga 1636. Masa kepemimpinan kedua tokoh ini berlangsung dalam situasi yang semakin sulit, karena Giri Kedaton harus menghadapi ekspansi politik Kesultanan Mataram di bawah Sultan Agung (1613–1645), yang berambisi menyatukan seluruh Jawa di bawah kendalinya. Sebagai pusat otoritas spiritual Islam di pesisir timur Jawa, Giri Kedaton dianggap sebagai penghalang strategis terhadap ambisi penyatuan Mataram...

Baca Selengkapnya


Topik

Serba Serbi, Giri Kedaton, Kesultanan Mataram, Sultan Agung,



Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di Indonesia. Sektor industri, perdagangan, dan pariwisata menjadi pilar utama perekonomian Jatim. Pembangunan infrastruktur juga terus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

cara menyimpan tomat
memilih model baju kerja wanita
harga gabah shio 2025
Cincin anniversary bukan sekadar perhiasan - ia adalah simbol yang menceritakan perjalanan cinta yang telah dilalui bersama. Mari kita dalami bagaimana Tips Memilih Wedding Anniversary Ring yang tepat untuk moment spesial Anda.

cara simpan tomat
Tips Memilih Bralette