Fakta-Fakta Dugaan Eksploitasi Pemain Sirkus di Taman Safari
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
17 - Apr - 2025, 08:36
JATIMTIMES - Cerita pilu di balik gemerlapnya pertunjukan sirkus kembali mencuat. Kali ini, dugaan eksploitasi manusia di lingkungan Taman Safari Indonesia menjadi sorotan. Dua mantan pemain sirkus, Fifi dan Butet, akhirnya angkat suara setelah puluhan tahun bungkam, didampingi pengacara asal Surabaya, Muhammad Sholeh atau Cak Sholeh.
Mereka menyebut telah menjadi korban penyiksaan dan kerja paksa sejak kecil. Butet dan Fifi mengaku tak pernah mengenal siapa orang tua kandung mereka. Mereka mengaku sejak kecil dibawa oleh pihak sirkus dan tak pernah lagi tahu kehidupan di luar lingkungan itu.
Baca Juga : Wali Kota Malang Tanggapi Kasus Pelecehan Seksual di Kota Malang: Tunggu Laporan
“Saya tidak mengenal sama sekali orang tua. Sejak kecil sudah diambil oleh pihak sirkus,” ujar Butet dikutip dari kanal YouTube Forum Keadilan TV.
Fifi pun mengungkapkan hal serupa. Ia mengaku telah hidup dalam sirkus sejak masih balita dan tidak pernah mendapatkan pendidikan formal. “Kami benar-benar diisolasi, sampai tidak tahu tahun dan tempat di luar sana,” katanya.
Cak Sholeh menyebut tiga nama besar di balik dugaan eksploitasi ini, yakni Hadi Manansang, Jansen Manansang, dan Frans Manansang. Mereka disebut sebagai pemilik Taman Safari Indonesia. “Sebenarnya ada satu lagi, istrinya, tapi sudah meninggal,” ujarnya.
Menurut Sholeh, kasus ini sudah dilaporkan ke Komnas HAM sejak 1997. Bahkan saat itu, Prof. Muladi yang menjabat sebagai anggota Komnas HAM sempat turun tangan dan mengeluarkan rekomendasi. “Sudah ada temuan bahwa ada eksploitasi anak, tidak mendapat pendidikan, dan penyiksaan. Tapi rekomendasi itu cuma jadi selembar kertas,” katanya.
Yang lebih memilukan, menurut Cak Sholeh, para korban tidak pernah menerima gaji selama bertahun-tahun. “Selama puluhan tahun dari kecil sampai dewasa tidak pernah digaji. Cuma disuruh tampil setiap hari,” ujarnya.
Fifi menambahkan bahwa ia juga kerap mendapat siksaan fisik. “Saya dua kali kabur karena sering disiksa, disuruh latihan terus, dipukuli. Saya nggak tahan,” ungkapnya.
Ia bahkan pernah kabur tengah malam dari kompleks Taman Safari Cisarua. “Jam 1 malam saya kabur lewat hutan. Saya nggak takut setan, saya cuma takut balik lagi ke sana,” ucap Fifi.
Pengakuan Fifi lebih mengerikan saat ia berhasil melarikan diri kedua namun kemudian tertangkap kembali. “Begitu ketemu, saya langsung dibawa balik, dipukuli di mobil...