Akademisi UB Tanggapi 7 Jurnalis Senior yang Wawancarai Prabowo Subianto: Ada Implikasi Positif dan Negatif
Reporter
Tubagus Achmad
Editor
Nurlayla Ratri
09 - Apr - 2025, 08:29
JATIMTIMES - Beberapa waktu lalu tepatnya pada Minggu (6/4/2025) Presiden RI Prabowo Subianto melakukan sesi wawancara secara eksklusif dengan tujuh jurnalis senior selama kurang lebih empat jam di kediamannya di Hambalang, Bogor, Jawa Barat untuk membahas berbagai isu strategis.
Tujuh jurnalis senior itu di antaranya Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab Harian Kompas Sutta Dharmasaputra, Pemimpin Redaksi tvOne Lalu Mara Satriawangsa, Pemimpin Redaksi SCTV-Indosiar Retno Pinasti, Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Lubis, Founder Narasi Najwa Shihab dan Pemimpin Redaksi detikcom Alfito Deannova Gintings.
Baca Juga : Beralih Pakai Sistem DTSEN, Pencairan Bansos di Kota Batu Terhambat
Terkait dengan sesi wawancara eksklusif ini membuat pakar komunikasi politik Verdy Firmantoro yang juga Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) angkat bicara. Akademisi yang akrab disapa Verdy itu mengatakan, bahwa yang dilakukan oleh Prabowo dengan mengundang tujuh jurnalis senior dari lintas perusahaan media memiliki implikasi positif maupun negatif.
Verdy menyebut, implikasi positif yang pertama, ketika seluruh khalayak melihat tujuh jurnalis senior melakukan sesi wawancara eksklusif dengan Prabowo, maka pemerintah dalam hal ini Presiden RI Prabowo Subianto dapat melakukan kontrol narasi.
"Implikasi positifnya pemerintah dapat mengontrol narasi untuk mengurangi misinterpretasi khususnya pada isu-isu sensitif, menjawab kritik publik yang selama ini berkembang, dan sebagai medium klarifikasi untuk menghindari asumsi yang liar," ungkap Verdy kepada JatimTIMES, Rabu (9/4/2025).
Akademisi yang menyelesaikan program doktoralnya di Universitas Indonesia ini menuturkan, bahwa implikasi positif lainnya yakni momentum wawancara eksklusif bersama tujuh jurnalis ini menjadi simbol keterbukaan dan mengurangi persepsi anti kritik pemerintah untuk menciptakan kepercayaan publik yang lebih besar.
Menurut Verdy, meskipun memiliki implikasi positif pada konteks tertentu, bentuk komunikasi yang dilakukan oleh Presiden RI Prabowo Subianto dengan mengundang tujuh jurnalis ke kediamannya untuk melakukan sesi wawancara eksklusif juga memiliki celah ketika dalam pernyataan atau jawaban dari Prabowo kontra produktif atau disalahpahami oleh masyarakat luas.
"Kemudian persepsi keberpihakan terhadap media yang diundang itu bisa saja memberikan impact yang kurang positif. Artinya ada anggapan media-media tertentu yang dipilih...