Bagaimana Hukum Dahulukan Puasa Syawal daripada Qadha Puasa Ramadan?
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
A Yahya
08 - Apr - 2025, 07:27
JATIMTIMES - Bulan Syawal menjadi waktu yang sangat dianjurkan untuk berpuasa enam hari setelah menyelesaikan puasa Ramadan. Namun, bagaimana jika masih punya utang puasa Ramadan? Bolehkah langsung puasa Syawal atau harus qadha dulu?
Menurut Ustaz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam, Durjan, Kokop, Bangkalan, umat Islam yang memiliki tanggungan puasa wajib dari Ramadan sebaiknya menyelesaikannya terlebih dahulu sebelum mengambil puasa sunnah enam hari di bulan Syawal.
“Qadha puasa Ramadhan harus lebih diutamakan daripada puasa enam hari di bulan Syawal,” tulis Ustadz Sunnatullah, dikutip dari NU Online, Selasa (8/4/2025).
Ia menjelaskan, jika seseorang meninggalkan puasa Ramadan karena uzur syar’i seperti sakit, haid, atau dalam perjalanan, maka tetap wajib mengganti puasanya. Namun jika meninggalkannya tanpa alasan yang dibenarkan, maka ia tidak boleh mendahulukan puasa sunnah apapun, termasuk puasa Syawal.
Sementara itu, puasa enam hari di bulan Syawal memang memiliki keutamaan luar biasa. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, lalu diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka seakan-akan dia telah berpuasa selama setahun penuh.” (HR Muslim)
Namun penting dipahami, pahala itu hanya berlaku jika seseorang telah menyempurnakan puasa wajib Ramadan. Dalam hal ini, qadha menjadi kewajiban yang tidak bisa ditunda.
Hal ini juga sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 184:
اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ١٨٤
“…Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain...