Meluruskan Sejarah Brawijaya V: Dyah Kertawijaya, Bukan Bhre Kertabhumi
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
06 - Apr - 2025, 01:55
JATIMTIMES - Sejarah mencatat bahwa kemunduran Majapahit berakar pada konflik internal yang berlarut-larut sejak akhir abad ke-14. Salah satu titik krusialnya adalah Perang Paregreg (1401–1405 M), sebuah perang saudara antara Prabu Wikramawarddhana dan Bhre Wirabhumi.
Perang ini menjadi pemicu utama kehancuran Majapahit, tidak hanya melemahkan ekonomi dan militer kerajaan, tetapi juga menggerogoti otoritas raja di mata para vasal dan wilayah bawahan.
Baca Juga : Arus Lalu Lintas Menumpuk di Utama Raya Situbondo, Kapolres AKBP Rezi Turun Langsung Urai Kemacetan
Dalam konflik ini, Bhre Wirabhumi mengalami kekalahan telak. Ia mencoba melarikan diri, tetapi dikejar dan akhirnya dieksekusi oleh Bhre Narapati. Kepalanya dipenggal dan dipersembahkan di Majapahit. Tragedi ini menandai babak baru dalam sejarah Majapahit, di mana perebutan kekuasaan tidak hanya terjadi di kalangan elite istana, tetapi juga memunculkan ketidakstabilan politik yang berkepanjangan.
Dampak Perang Paregreg tidak berhenti pada perang saudara. Pada saat yang sama, wilayah-wilayah penting seperti Palembang mengalami kemerosotan akibat pemberontakan Parameswara, yang kemudian mendirikan Kesultanan Malaka.
Selain itu, insiden tewasnya 170 orang prajurit Kaisar Cina yang berada di Blambangan semakin memperburuk hubungan diplomatik Majapahit dengan Dinasti Ming. Wikramawarddhana harus membayar ganti rugi sebesar 10.000 tail emas kepada Kaisar, sebuah jumlah yang besar dan menunjukkan betapa lemahnya posisi Majapahit dalam politik internasional kala itu.
Sejak saat itu, Majapahit terus menghadapi pemberontakan demi pemberontakan, termasuk di Bali, Pasunggiri, dan Bhre Daha pada tahun 1434 M. Kekuasaan yang rapuh ini mencapai puncaknya ketika Dyah Suhita, putri Wikramawarddhana, naik tahta. Ia harus menghadapi berbagai intrik politik yang menyebabkan tersingkirnya tokoh-tokoh penting seperti Mahapatih Tuan Kanaka dan Ratu Anggabhaya Bhre Narapati. Bahkan Arya Damar, pahlawan yang berjasa menumpas berbagai pemberontakan, diasingkan ke Palembang.
Dyah Kertawijaya: Raja Majapahit yang Sah
Pasca wafatnya Dyah Suhita pada 1447 M, Dyah Kertawijaya naik tahta sebagai penguasa baru Majapahit dengan gelar Sri Prabu Kertawijaya Wijaya Parakramawarddhana. Dalam Babad Tanah Jawi, ia disebut sebagai Raden Alit, yang kemudian dikenal sebagai Brawijaya V...