R.M. Dipoatmaja: Putra Diponegoro yang Memimpin Perang Jawa di Pacitan dan Madiun
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
A Yahya
04 - Apr - 2025, 08:56
JATIMTIMES - Perang Jawa (1825–1830) bukan sekadar perlawanan seorang pangeran yang merasa haknya dirampas, melainkan perang yang berakar pada ketidakadilan kolonial, penindasan, dan kemerosotan legitimasi Kesultanan Yogyakarta di bawah kendali Belanda. Salah satu tokoh yang memainkan peran penting dalam perang ini adalah Raden Mas Dipoatmaja, juga dikenal sebagai R.M. Dipokusumo atau Pangeran Abdul Aziz, putra kedua Pangeran Diponegoro dari Retno Madubrongto. Lahir pada tahun 1805, ia sudah cukup dewasa ketika Perang Jawa pecah dan menjadi salah satu pemimpin pasukan Diponegoro di kawasan Pacitan dan Madiun.
Ketika perang pecah pada 20 Juli 1825, Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya melakukan serangkaian serangan mendadak terhadap pos-pos Belanda. Di wilayah Pacitan, perang dipimpin oleh Bupati Mas Tumenggung Joyokariyo, Mas Tumenggung Jimat, dan Ahmad Aris, dengan R.M. Dipoatmaja sebagai salah satu tokoh yang turut serta dalam pertempuran.
Pewaris Darah Ksatria dan Ulama
Baca Juga : 9 Kota Tujuan Wisata Populer di Jawa Timur, Wajib Coba Kuliner Khasnya!
Lahir pada tahun 1805, Raden Mas Dipoatmaja, yang juga dikenal sebagai R.M. Dipokusumo atau Pangeran Abdul Aziz, adalah putra kedua Pangeran Diponegoro dari pernikahannya dengan Raden Ayu Retno Madubrongto. Ibunya adalah seorang guru agama, putri dari Kiai Gede Dadapan, seorang kepala Pathok Negara di Dadapan, Sleman. Dari garis keturunan ini, Dipoatmaja mewarisi dua hal sekaligus: darah seorang ulama dari pihak ibunya dan darah ksatria pejuang dari pihak ayahnya.
Ayahnya, Pangeran Diponegoro, adalah tokoh yang sangat religius, melihat dirinya bukan sekadar pangeran pewaris takhta, tetapi juga pemimpin spiritual yang berjuang untuk menegakkan nilai-nilai Islam dan keadilan di Tanah Jawa. Kombinasi antara pendidikan keagamaan dan tradisi keprajuritan aMadubrongto bukan sekadar istri pertama Pangeran Diponegoro, tetapi juga seorang wanita yang memiliki kedalaman spiritual dan keturunan dari garis ulama terkemuka. Ia adalah putri kedua dari Kiai Gede Dadapan, seorang pemuka agama yang menjadi kepala Pathok Negara Dadapan di Sleman, sebuah lembaga keagamaan yang memiliki peran penting dalam sistem keislaman di Kesultanan Yogyakarta...