Era 70,80 bahkan 90 speaker corong atau toa masih menjadi Trend di Tulungagung. Bukan hanya untuk ngaji di musala, adzan di masjid dan pengajian, corong juga banyak digunakan untuk acara hajatan nikah, wayang, ludruk dan kesenian lain sebelum adanya Sound sistem.
"Dulu bahkan laris, saya punya dua hampir tak bisa tidur," kata Wito warga Sumbergempol yang mengisahkan perjuangannya bersama corong miliknya
Karena punya dua corong, Wito hampir tiap hari harus melakukan pengisian aki ke Ngunut dengan sepeda Pancal
"Seterek (isi strom) Aki adanya di Ngunut, di sini belum ada listrik. Baru pada tahun 85 an, ada listrik dengan disel Itupun kita tudak tau cara strom aki bagaimana," ungkapnya
Meski belum dikatakan punah, corong atau toa kini hanya dipakai untuk adzan dan beberapa untuk pengajian jamaah rutin keliling
"Terutama jamaah wanita atau ibu-ibu yang masih pakai corong, Itupun mudah tinggal colok ke listrik sudah bunyi," paparnya
Wito mengaku masih merawat satu corong miliknya, sesekali corong itu di bersihkan dan di servis.
"Saya bisa beli tanah, sapi dan buat rumah juga dari sewa corong ini...