JATIMTIMES - Nuansa budaya dan kebanggaan perempuan Indonesia berpadu dalam Parade Berkebaya dan Berkain yang digelar Malang Town Square (Matos) menggandeng Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) Malang Raya, Selasa (23/12/2025). Kegiatan ini menjadi bagian dari peringatan Hari Ibu yang dikemas secara hangat, inklusif, dan penuh warna.
Ratusan ibu tampil memukau di atas catwalk dengan penuh percaya diri, berlenggak-lenggok anggun layaknya model profesional. Balutan kebaya dan jarik beraneka motif berpadu dengan riasan wajah yang lembut serta sanggul khas Nusantara, menghadirkan pesona elegan yang mencuri perhatian setiap pasang mata.
Baca Juga : Guntur Wahono Jabat Ketua DPC PDIP, Targetkan 22 Kursi Legislatif di Blitar
Suasana semakin semarak oleh warna-warni perayaan Hari Ibu yang terasa hangat dan penuh makna. Setiap langkah di catwalk seolah menjadi simbol penghormatan bagi peran perempuan dan ibu kuat, anggun, sekaligus penuh kasih.
Sorak tepuk tangan pun mengiringi penampilan mereka, menjadikan panggung bukan sekadar ajang peragaan busana, melainkan ruang ekspresi dan kebanggaan.
Tak hanya peragaan busana, panggung juga dihidupkan oleh tarian-tarian Nusantara yang ditampilkan langsung oleh para ibu, dengan mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah.
Marcomm Manager Matos, Sasmita Rahayu, mengatakan bahwa peringatan Hari Ibu menjadi momentum penting untuk mengangkat peran perempuan sekaligus kecintaan terhadap budaya Nusantara. Parade ini bukan sekadar ajang berkumpul, tetapi ruang ekspresi dan perayaan identitas budaya yang membumi.
“Semangat Hari Ibu tetap kita angkat. Ini momen yang penting. Kami berkolaborasi dengan KCBI Malang Raya dan berbagai komunitas, terutama komunitas perempuan dan pecinta seni budaya,” ujar Sasmita.
Berbeda dari parade kebaya pada umumnya, konsep berkebaya dan berkain dalam acara ini tidak dipakemkan secara kaku. Setiap peserta bebas mengekspresikan gaya masing-masing, mulai dari kebaya modern hingga klasik, dipadukan dengan kain tradisional dan tatanan rambut yang beragam.
“Ini bukan soal pakem. Ada yang pakem, ada yang tidak. Yang kami nilai adalah keseluruhan penampilan, keluwesan, dan keserasian. Dari parade ini nanti akan dipilih 10 penampilan terbaik,” imbuh Sasmita di tengah-tengah acara.
Total peserta yang terlibat mencapai sekitar 250 orang, berasal dari 16 komunitas yang tergabung dalam KCBI Malang Raya dan komunitas perempuan lainnya. Sasmita juga menyebutkan bahwa kolaborasi Matos dengan komunitas ibu-ibu budaya ini rutin dilakukan hingga tiga sampai empat kali dalam setahun.
Baca Juga : Awas Penipuan Mengaku Pegawai Disdukcapil Malang: Jangan Sebarkan Data Pribadi
Sementara itu, Ketua KCBI Malang Raya, Siska Sayekti, menegaskan bahwa parade ini bukan hanya perayaan, melainkan juga ajakan untuk melestarikan budaya secara berkelanjutan.
“Ini hari spesial Hari Ibu. Kita harus ingat bahwa kita adalah ibu-ibu pecinta budaya. Kecintaan ini jangan berhenti di kita, tapi harus kita tularkan kepada anak cucu,” ungkap Siska.
Menurutnya, parade berkebaya dan berkain menjadi sarana untuk saling bertemu, berkumpul, sekaligus memperkuat semangat pelestarian budaya, terutama penggunaan kain tradisional dalam kehidupan sehari-hari.
“Fokus kami adalah kain keseharian tradisional. Lewat parade ini, kami ingin menunjukkan bahwa berkain dan berkebaya itu bisa dikenakan dengan bangga dalam aktivitas sehari-hari,” pungkasnya.
Momentum Hari Ibu ini pun menjadi perayaan istimewa, menegaskan bahwa para ibu bukan hanya pilar keluarga, tetapi juga sosok inspiratif yang mampu tampil percaya diri, berkarya, dan bersinar di setiap ruang kehidupan.