JATIMTIMES — Kota Blitar kembali menambah deretan prestasi lingkungan di tingkat nasional. RW 04 Kelurahan Klampok, Kecamatan Sananwetan, resmi meraih Penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) Lestari 2025 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Penghargaan bergengsi ini diserahkan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup kepada Ketua RW 04 Klampok di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, pada 1 Desember 2025.
Prestasi tersebut menjadi bukti konsistensi warga Klampok dalam menjalankan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim secara berkelanjutan selama lima tahun terakhir. RW 04 Klampok dinilai berhasil mengelola lingkungan secara mandiri, inovatif, dan terukur. Keberhasilan itu sekaligus menegaskan komitmen Pemerintah Kota Blitar untuk mengembangkan kampung-kampung hijau sebagai pilar pembangunan daerah.
Baca Juga : Roadmap PAUD Surabaya 2026, Berikan Beasiswa Pra Sekolah dan Bangun Sekolah
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Blitar, Jajuk Indihartati, menyampaikan apresiasi atas capaian yang diraih warga Klampok. Ia menegaskan bahwa prestasi ini bukan semata keberhasilan satu wilayah, melainkan buah kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah daerah dalam membangun lingkungan yang sehat.
“Kami sangat bangga RW 04 Klampok mampu bersaing di tingkat nasional. Penghargaan ini menjadi bukti bahwa komitmen warga dalam menjaga lingkungan mendapat pengakuan negara,” ujar Jajuk.
Menurutnya, Pemkot Blitar mengusulkan Kelurahan Klampok sebagai peserta penilaian Proklim pada Agustus hingga September lalu. Proses penilaian dilakukan melalui serangkaian tahapan, mulai dari verifikasi administrasi hingga kunjungan lapang oleh tim pusat.
Dalam penilaian tersebut, RW 04 Klampok menonjol berkat berbagai inovasi unggulan. Warga setempat berhasil mengelola limbah ternak menjadi kompos yang dimanfaatkan kelompok tani untuk menghasilkan padi sehat. Selain itu, wilayah ini memiliki kebun serai yang diolah menjadi lilin dan sabun melalui teknik pencampuran dengan limbah minyak goreng.
“Penilaian itu didasarkan pada inovasi. Salah satunya kotoran sapi yang diolah menjadi kompos, output-nya beras sehat. Selain itu, wilayah punya potensi kebun serai yang diolah untuk lilin dan sabun,” terang Jajuk.
Tak hanya inovasi pengelolaan limbah, RW 04 Klampok juga dinilai unggul dalam membangun struktur organisasi masyarakat yang kuat, penguatan energi terbarukan, dan ketahanan pangan. Mereka juga terbukti konsisten memberi dampak positif pada wilayah sekitar melalui program pembinaan lintas RW.
Jajuk menjelaskan bahwa salah satu syarat penting bagi kandidat penerima Proklim Lestari adalah kemampuan membina minimal 10 RW lain di satu kelurahan. Selain itu, wilayah tersebut harus sudah meraih penghargaan Proklim Utama setidaknya dua kali.
Baca Juga : Perkuat Layanan Hukum, Rutan Situbondo Gandeng Pengadilan Agama untuk Mudahkan Akses Warga Binaan
“RW 04 Klampok memenuhi seluruh indikator. Mereka bukan hanya berinovasi, tetapi juga membina RW lain sehingga dampak lingkungannya lebih luas,” tegasnya.
Penghargaan Proklim Lestari 2025 ini semakin menegaskan posisi Kota Blitar sebagai daerah yang aktif dan progresif dalam pengendalian perubahan iklim. Pemerintah kota menilai capaian tersebut sebagai energi positif untuk memperkuat agenda pembangunan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Jajuk berharap prestasi RW 04 Klampok mampu memotivasi wilayah lain di Kota Blitar untuk terus berinovasi. “Harapan kami, prestasi ini memantik semangat kelurahan lainnya untuk mengikuti jejak Klampok. Kota Blitar harus bergerak bersama menuju kota hijau yang berkelanjutan,” katanya.
Pemerintah Kota Blitar menegaskan akan terus memperkuat dukungan terhadap program-program lingkungan, baik melalui pendampingan teknis, penyediaan fasilitas, maupun perluasan program kampung iklim di seluruh kelurahan. Prestasi nasional ini menjadi momentum penting bagi Kota Blitar untuk memperkuat posisi sebagai kota dengan tata kelola lingkungan yang adaptif dan responsif terhadap tantangan perubahan iklim.
Dengan diraihnya Proklim Lestari 2025 oleh RW 04 Klampok, Kota Blitar kembali menunjukkan bahwa pembangunan tidak hanya tentang infrastruktur, tetapi juga keberlanjutan ekologi yang dimotori partisipasi warga. Ini adalah wajah baru pembangunan kota: kolaboratif, hijau, dan berpihak pada masa depan.
