JATIMTIMES - Kesiapsiagaan bencana bukan sekadar rutinitas tahunan, tetapi fondasi penting untuk menjaga keselamatan masyarakat. Wali Kota Malang Wahyu Hidayat pun mendorong agar seluruh unsur kebencanaan di Kota Malang bisa terus memperkuat kapasitasnya.
Wahyu menegaskan bahwa semakin berkembangnya Kota Malang sebagai kota yang dinamis, juga harus diimbangi dengan perencanaan mitigasi yang matang.
Baca Juga : Siapkan Instrumen Pendukung Pembentukan DPMD, Pemkot Batu dan DPRD Susun Perda Desa
Risiko seperti gempa Bumi, banjir, maupun tanah longsor menuntut persiapan yang tidak bisa setengah hati. Ia menekankan bahwa penanggulangan bencana adalah kerja bersama, bukan tugas satu lembaga saja.
“Kita tidak boleh lengah. Kota yang terus tumbuh juga menghadapi tantangan yang terus berubah. Karena itu, kesiapsiagaan harus menjadi budaya,” ujarnya.
Kolaborasi lintas unsur -mulai dari pemerintah daerah, TNI, Polri, relawan, hingga masyarakat- menjadi kunci dalam memperkuat respons cepat saat keadaan darurat.
Apresiasi juga disampaikan kepada BPBD Kota Malang dan seluruh pihak yang berperan aktif dalam penyelenggaraan gladi kesiapsiagaan tersebut.
Menurut Wahyu, setiap peserta harus memanfaatkan kesempatan ini untuk memahami alur penanganan bencana secara lebih komprehensif, mulai dari pra-bencana, penanganan saat kejadian, hingga tahap pemulihan.
Baca Juga : Pendekatan Humanis Bapenda Malang Dongkrak Penerimaan PKB dan BBNKB hingga Mendekati Target
Model pentahelix, yang menjadi landasan kolaborasi kebencanaan, kembali ditegaskan sebagai instrumen penting dalam memperkuat koordinasi.
Dengan peran masing-masing unsur yang tersinergi, Kota Malang diharapkan semakin mampu merespons kondisi kritis dengan cepat, tepat, dan terukur.
“Tujuan akhirnya adalah satu: memastikan keselamatan masyarakat melalui kesiapsiagaan yang benar-benar hidup, bukan hanya tertulis,” tegas Wahyu.
