free web hit counter
Jatim Times Network
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ekonomi

Memberdayakan Potensi Desa Sumberdem Menuju Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal

Penulis : Redaksi - Editor : Redaksi

11 - Nov - 2025, 21:08

Loading Placeholder
Universitas Ma Chung Kota Malang (Doc. Wikipedia)

Wisata desa merupakan jenis wisata yang mulai digemari terutama yang berkaitan dengan alam, budaya, dan alternatif. Masyarakat melihat bahwa wisata alternatif tersebut dapat meningkatkan wawasan, petualangan, dan belajar. Ketiga bentuk desa wisata ini memerlukan daya tarik wisata (atraksi, aksesibilitas, dan amenitas); strategi pemasaran (branding, advertising, selling); serta sumberdaya manusia. Salah satu pendukung daya tarik wisata adalah adanya produk suvenir atau oleh-oleh khas desa. 

Ma Chung

Universita Ma Chung Melakukan Pelatihan Ekraf Bagi Pengrajin Batik & Bambu

Dibawa kepemimpinan Prof. Dr. Anna Triwijayawati, M.Si. dan tim pengabdian Universitas Ma Chung yaitu Prof. Pieter sahertian, M.Si., Didit Prasetyo Nugroho, S.Sn., M.Sn, Bintang Pramudya Putra Prasetya, S.Sn., M.Ds, serta Dr. Zuhkhriyan Zakaria, M.Pd dari Universitas  Islam Malang mengangkat tema Kreasi Produk Kerajinan Batik dan Anyaman Bambu Menuju Desa Wisata di Desa Sumberdem. Program ini merupakan tahun pertama dari rencana program tiga tahun yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui skema Hibah Pemberdayaan Desa Binaan Tahun 2025.

Baca Juga : Unisba Blitar Gerakkan Literasi Digital UMKM Desa Ngoran Lewat Pelatihan Caption

Ma Chung

Prof Anna sebagai ketua tim mengatakan bahwa potensi kreatif masyarakat Desa Sumberdem yang dikembangkan adalah produk kreatif berupa suvenir yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari daya tarik wisata. Salah satu indikator daya tarik wisata produk ekraf, yakni kriya, kuliner, dan fesyen. Produk ekraf yang dikembangkan harus dapat menunjang ekonomi masyarakat pada desa wisata. Selain itu, produk ekraf harus berbasis, bertema, dan/atau mengandung unsur alam, kearifan lokal yang diwariskan dan dilestarikan turun temurun, unik, dan menimbulkan minat wisatawan untuk merasakan, melihat, dan mengeksplorasi.

Di antara ketiga produk tersebut, Desa Sumberdem memiliki potensi produk yang belum dikembangkan yakni anyaman, bambu, dan batik khas desa. Usaha kerajinan ini masih berupa rintisan. Saat ini di Desa telah ada pengrajin bambu misalnya lidi dan tusuk sate, dan ditambah dengan warisan batik yang sempat digagas oleh leluhur dan sesepuh desa, namun kesulitan dalam penerus dan kreasi terbaru. Bahan baku khas desa melimpah yakni ragam pohon kopi, cengkih, bambu, dan bunga (khususnya bunga kenanga dan mawar). Sementara untuk produk batik khas desa, saat ini ada satu pengrajin yang telah menghasilkan produk  batik. 

Menurut pengakuan Pak Suyanto (sebagai koordinator Kampung Deling) dan Ibu Supriyatin (koordinator pengrajin batik Gelatik), menjelaskan bahwa program pemberdayaan desa binaan yang dilaksanakan di Desa Sumberdem ini memberikan manfaat berupan ketrampilan dan pengetahuan praktis sehingga para pengrajin batik maupun bambu mengalami peningkatan ketrampilan dan pengetahuan bagaimana memproduksi batik dan kerajinan bambu yang selama ini dilakukan secara otodidak. Dibawah bimbingan tenaga-tenaga trampil yang dilibatkan dalam program ini kami mendapatkan banyak pengalaman.

Kepala Desa Sumberdem Ibu Purwati, SE. mengatakan bahwa Desa Sumberdem memiliki potensi produk yang belum dikembangkan yakni anyaman bambu, dan batik khas desa. Usaha kerajinan ini masih berupa rintisan. Saat ini di Desa telah ada pengrajin bambu misalnya lidi dan tusuk sate, dan ditambah dengan warisan batik yang sempat digagas oleh leluhur dan sesepuh desa, namun kesulitan dalam penerus dan kreasi terbaru. Bahan baku khas desa melimpah yakni ragam pohon kopi, cengkih, bambu, dan bunga (khususnya bunga kenanga dan mawar). Karena itu program yang digagas oleh Prof. Anna dan tim dari Universitas Ma Chung dan Universitas Islam Malang dapat memberikan solusi bagi para pengrajin yang selama ini belum bisa maksimal dalam mengembangkan produk kerajinannya. 

Kegiatan ini dilaksanakan melalui pendanaan DPPM Kemendiktisaintek dengan kontrak antara DPPM dengan LLDikti Wil 7 Jawa Timur: 128/C3/DT.05.00/PL/2025 dan Kontrak LLDIKTI Wil. 7 Jawa Timur dengan Universitas Ma Chung: 055/LL7/DT.05.00/PL/2025 LPPMI Universitas Ma Chung dengan Peneliti: 008/MACHUNG/LPPMI/SP2H-LIT/V/2025.

Baca Juga : Optimalisasi PAD Kota Malang, Ini Potensi yang Belum Tergarap

 

Prof. Anna menjelaskan, melalui program pemberdayaan desa binaan yang akan berlangsung secara berkesinambungan (tiga tahun) ini, pada tahun pertama difokuskan pada (1) Peningkatan kemampuan/ketrampilan produksi kerajinan, (2) Perancangan kemasan baru, logo, merek dan (3) Sistem pemasaran produk desa secara sederhana dengan link pada media sosial dan distribusi dari BUMDES. Dengan harapan akhir program nantinya para pengrajin dapat mengangkat citra Desa Sumberdem sebagai salah satu desa di Kabupaten Malang sebagai jujukan wisata kerajinan berbasis kearifan lokal.   

Lebih Prof. Anna mengatakan bahwa program pemberdayaan desa binaan pada tahun pertama ini akan dilakukan pelatihan yang mencakup pelatihan batik, pelatihan anyaman bambu, dan pelatihan penggunaan mesin serut bambu. (1) Pelatihan batik yang diberikan adalah batik ecoprint, batik tulis, batik ciprat, dan batik cap. Khusus untuk batik cap, tim pengabdi membantu para pengrajin batik Desa Sumberdem menciptakan motif batik desa dengan cap dari bahan tembaga. Harapannya motif ini dapat diajukan untuk mendapatkan HKI Produk Kriya Batik Desa Sumberdem.  Tim pengabdi juga telah memberikan berbagai peralatan batik yang diserahkan oleh Prof. Anna sebagai ketua tim pengabdi dan diterima oleh Ibu Supriyatin sebagai koordinator kelompok pebatik Gelatik. (2) Untuk pelatihan penggunaan mesin serut bambu dilatarbelakangi oleh potensi alam tanaman bambu yang tumbuh subur. Para pengrajin bambu yang tergabung dalam Kelompok Pengrajin Kampoeng Deling memproduksi bambu menjadi tusuk sate, sate lilit, bahan kipas, dan lidi. Pekerjaan penyerutan yang dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu lama, coba disolusikan oleh tim pengabdi melalui pengadaan mesin belah dan serut bambu. Instalasi mesin pemecah dan serut bambu telah dilakukan pelatihan penggunaan dan alih teknologi dan telah diserahterimakan oleh tim pengabdi melalui ketua tim Prof. Anna kepada Bapak Suyanto mewakili para pengrajin bambu. (3) Sedangkan pelatihan  anyaman bambu meliputi produk alat rumah tangga seperti mug, hiasan dinding, nampan, besek, tempat tissue, tikar pendek, alat kebersihan, dan prduk anyaman sederhana. 

 


Topik

Ekonomi desa wisata sumberdem pemberdayaan ekraf pelatihan batik dan bambu universitas ma chung kerajinan anyaman bambu batik khas sumberdem pengabdian



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Indonesia Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Redaksi

Editor

Redaksi

Ekonomi

Artikel terkait di Ekonomi

--- Iklan Sponsor ---