JATIMTIMES - Dunia maya dihebohkan dengan video viral yang menampilkan prosesi mencatat identitas serta nominal buwuhan atau amplop sumbangan tamu dalam acara resepsi pernikahan di kawasan Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Hal ini pun menuai banyak kontroversi.
Dalam video tersebut, memperlihatkan tamu yang datang terlihat menyerahkan amplop, yang kemudian langsung dibuka dan dicatat nominalnya oleh petugas yang berjaga secara digital. Kemudian diperlihatkan di layar komputer yang bisa disaksikan para undangan.
Baca Juga : Dilengkapi AI, Warga Medokan Ayu Bisa Tahu Harga Nilai Sampah dengan Aplikasi Buatan Sendiri Ini
Tradisi ini ternyata bukan hal baru, melainkan bagian dari kebiasaan masyarakat di sejumlah daerah di Malang Raya dalam mengelola buwuhan saat hajatan pernikahan. Seorang vendor acara Ipin Irfani, yang juga bertugas sebagai Master of Ceremony (MC) dalam acara tersebut, membenarkan kejadian itu.
Ia mengungkapkan, sistem mencatat sumbangan secara terbuka memang sudah disiapkan oleh pihak pemilik hajat. “Saya memang jadi MC di acara itu. Dari pihak keluarga pengantin sudah menyiapkan petugas khusus untuk membuka amplop, mencatat nama, alamat, dan jumlah sumbangan tamu yang datang,” ungkap Ipin.
“Bedanya kali ini dibuat lebih modern, pakai komputer dan ditampilkan di layar mirror,” imbuh Ipin, Minggu (9/11/2025).
Ipin menambahkan, tradisi serupa juga banyak dijumpai di sejumlah daerah lain seperti Lumajang, Probolinggo, dan Situbondo. Bahkan di beberapa daerah di Madura, amplop sumbangan tidak hanya dibuka langsung, tetapi juga diumumkan melalui pengeras suara.
“Biasanya ini dianggap bentuk transparansi dan sekaligus untuk memastikan tidak ada amplop kosong. Selain itu, ini juga jadi cara agar semua tercatat dengan benar,” tambah Ipin.
Baca Juga : Waspadai Cuaca Ekstrem, Koramil Kasembon dan BPBD Malang Pasang Banner Peringatan di Jalur Rawan Longsor
Menurut Ipin, buwuhan dalam tradisi masyarakat Jawa Timur memiliki makna sosial yang kuat. “Filosofinya sederhana, hari ini memberi, besok akan diberi,” ujar Ipin.
Fenomena mencatat buwuhan secara komputerisasi ini menjadi bukti bahwa tradisi lama bisa tetap lestari meski dikemas dengan sentuhan modern. Warganet pun ramai menanggapi pro dan kontra video tersebut.