JATIMTIMES - Udara di Jalan Bali, Kota Blitar, terasa lembap pada siang hari, Senin 3 November 2025, ketika matahari menembus sela-sela dedaunan. Suara gergaji mesin bersahut-sahutan dengan instruksi petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang tengah menebang pohon besar di tepi jalan.
Tak jauh dari lokasi itu, Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin, yang akrab disapa Mas Ibin, berdiri mengamati setiap proses pemotongan batang pohon yang tampak rapuh dan berongga di bagian tengah.
Baca Juga : Pelatihan Juleha Batch 1: Wujud Komitmen Halal Center UIN Maliki Malang Bangun Ekosistem Halal
“Ini memang harus segera dipotong,” ujarnya pelan kepada Kepala DLH Kota Blitar, Jajuk Indihartati, yang mendampinginya.
Hari itu, wali kota turun langsung ke lapangan memantau penebangan lima pohon besar yang dinilai rawan roboh. “Dari beberapa hari lalu kami sudah minta DLH mengecek pohon-pohon besar, terutama yang berpotensi roboh. Karena ini musim hujan, dan beberapa kejadian terakhir menimpa kendaraan. Jadi kami antisipasi,” kata Mas Ibin saat ditemui di lokasi.
Ia menjelaskan, langkah itu bukan reaktif semata, melainkan bagian dari kesiapsiagaan Pemkot Blitar dalam menghadapi musim hujan yang mulai meningkat intensitasnya. Pemerintah ingin memastikan tidak ada pohon tua atau lapuk yang membahayakan keselamatan warga, terutama pengguna jalan di ruas padat seperti Jalan Bali.
Namun, pelaksanaan di lapangan tak selalu bisa cepat. Mas Ibin menuturkan, karena status Jalan Bali merupakan jalan nasional, proses penebangan harus lebih dulu mendapat izin dari Bina Marga.
“Kami harus usul dulu ke Bina Marga. Jadi kadang tindakannya tidak bisa langsung. Tapi saya sudah minta, pohon-pohon yang besar dan rawan roboh itu segera diusulkan untuk ditebang,” katanya.
Respons Cepat dari Laporan Masyarakat
Mas Ibin menuturkan, laporan soal pohon yang mulai miring di Jalan Bali sebenarnya juga sempat ramai di media sosial. Warga melaporkan adanya pohon yang tampak retak di bagian batang dan dikhawatirkan tumbang saat hujan deras. Pemkot Blitar langsung merespons cepat laporan tersebut dengan mengerahkan tim DLH.
“Intinya, kalau ada sesuatu yang harus segera direspons, masyarakat silakan mengabarkan. Pemerintah siap untuk segera bertindak,” ujarnya.
Hari itu, lima pohon besar yang sudah menunjukkan tanda-tanda lapuk ditebang secara bertahap. Pohon yang telah ditebang diangkut menggunakan truk DLH, sementara sebagian lainnya dipotong kecil agar lebih mudah dievakuasi. Setelah pohon tumbang, Mas Ibin tak segan ikut turun tangan membantu petugas mengangkat potongan batang ke dalam bak truk pengangkut.
Langkah wali kota itu menjadi simbol bahwa penanganan persoalan lingkungan bukan sekadar urusan teknis dinas, tetapi komitmen bersama lintas sektor. “Kami ingin memberi contoh bahwa kesiapsiagaan harus dimulai dari hal kecil, dari sekitar kita,” katanya.

DLH: Fokus pada Pencegahan dan Pemeliharaan
Kepala DLH Kota Blitar, Jajuk Indihartati, yang turut mendampingi wali kota, menjelaskan bahwa kegiatan penebangan dan pemangkasan pohon sebenarnya sudah masuk dalam program rutin pemeliharaan. Anggarannya dialokasikan pada pos pemeliharaan dan operasional BBM, serta dukungan alat potong dan armada.
“Untuk armada, kita punya satu unit truk khusus dan dua skylift. Satu biasa dipakai untuk pemotongan pohon, satu lagi untuk kebutuhan listrik. Tapi saat situasi rawan seperti ini, dua-duanya kami kerahkan,” ujar Jajuk.
DLH juga memiliki tim lapangan yang siaga menangani laporan pohon roboh, banjir, maupun gangguan lingkungan lainnya. “Kalau ada laporan masyarakat, tim langsung turun. Begitu juga kalau ada kejadian mendadak akibat hujan angin, kita segera bertindak,” tambahnya.
Mas Ibin menegaskan bahwa Pemkot Blitar menaruh perhatian serius terhadap isu lingkungan. “Teman-teman di lapangan itu selalu responsif. Ada alatnya, ada SDM-nya, jadi begitu dibutuhkan langsung bergerak. Semua pepohonan yang berpotensi membahayakan kita pantau,” katanya.

Kesiapan menghadapi musim hujan bukan hanya urusan pohon. Mas Ibin juga menyinggung proyek besar yang sedang dikerjakan Pemkot: penataan Kali Bacin di Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo. Sungai itu telah menjadi masalah lingkungan selama lebih dari empat dekade akibat penumpukan limbah dan sedimentasi.
Baca Juga : Wali Kota Blitar Sampaikan Nota Keuangan: APBD 2026 Realistis, Adaptif, dan Tetap Berpihak pada Rakyat
“Kali Bacin itu kita keruk, dan sekarang sedang proses bersama warga sekitar untuk merumuskan langkah-langkah agar tidak membuang limbah ke sungai. Kita sudah minta FGD beberapa kali dan minggu depan mulai dibahas bersama. Masalah ini sudah ada sejak tahun 1980, dan insyaallah segera kita selesaikan,” ujar Mas Ibin.
Langkah penataan Kali Bacin menjadi bagian dari strategi Pemkot Blitar untuk memperkuat tata kelola lingkungan terpadu, mulai dari drainase, penghijauan, hingga pengelolaan sampah kota.
Menuju Tata Kelola Sampah Modern 2026

Selain penataan pohon dan sungai, Pemkot Blitar juga sedang menyiapkan proposal bantuan provinsi (Banprov) untuk mendukung modernisasi armada dan fasilitas pengelolaan sampah.
Mas Ibin menyebut, sejumlah kendaraan operasional DLH sudah uzur dan perlu diremajakan. “Mobil-mobil kita ini sudah lama dan bolong-bolong. Jadi kami ajukan ke provinsi agar diremajakan. Karena untuk menangani pohon dan sampah, armada kita jelas kurang,” ujarnya.
Rencana besar itu juga mencakup pembangunan mesin penghancur dan pembakar sampah, serta pendirian beberapa shelter pengolahan di tiga kecamatan. Dengan sistem baru itu, Pemkot menargetkan mulai 2026, sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bukan lagi sampah mentah, melainkan residu hasil olahan.
“Kita siapkan perluasan lahan TPA, tapi nanti yang masuk bukan sampah, melainkan urukan. Jadi sampahnya sudah diolah di TPS-TPS. Itu langkah ke depan,” jelas Mas Ibin.
Pemkot Siaga, Warga Tenang
Kehadiran Mas Ibin di lapangan menjadi pesan kuat di awal musim penghujan. Di tengah padatnya agenda pemerintahan, ia memilih berdiri bersama petugas lapangan di bawah terik matahari, di antara serpihan kayu dan dedaunan.
Bagi Pemkot Blitar, tindakan itu adalah bagian dari early warning system lingkungan. Bukan hanya soal pohon tumbang, tetapi juga bagaimana membangun sistem respons cepat antara pemerintah dan masyarakat.

“Kalau bisa kita antisipasi, kita antisipasi. Kalau sudah kejadian, kita segera respon,” tutup Mas Ibin.
Dari Jalan Bali hingga Kali Bacin, dari pemangkasan pohon hingga pengelolaan sampah, Pemerintah Kota Blitar di bawah komando Mas Ibin menegaskan satu hal bahwa musim hujan bukan untuk ditakuti, melainkan untuk dihadapi bersama dengan kesiapsiagaan, gotong royong, dan langkah nyata.