JATIMTIMES - Terminal Tipe A Arjosari, Kota Malang, sedang mendata ulang seluruh juru panggil penumpang (jupang) dan mandor bus yang beroperasi di terminal. Pendataan ulang ini ditarget selesai pekan ini.
Ya pendataan ulang dilakukan imbas adanya aksi pengeroyokan terhadap seorang perwira Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal) Letda Laut (PM) Abu Yamin. Diduga pelaku merupakan jupang dan mandor di Terminal Arjosari.
Baca Juga : Dispendik Kabupaten Malang Siap Dukung Sekolah Rakyat: Untuk Entaskan Anak Tidak Sekolah
Kepala Terminal Tipe A Arjosari Kota Malang Mega Perwira Donowati mengatakan bahwa pendataan masih berlangsung hingga saat ini di Terminal Arjosari, Selasa (8 Juli 2025).
“Pendataan masih berlangsung sampai sekarang, sejak dimulai awal Juli lalu. Namun kami kebut dan targetnya pekan ini selesai pendataannya,” ujar Mega.
Selama pendataan, lanjut Mega, tidak didapati kendala. Prosesnya berlangsung dengan lancar. “Tidak ada kendala, alhamhulillah lancar,” imbuh dia.
Menurut Mega, jika didapati mandor dan jupang yang tidak resmi dari perusahaan, pihak terminal tidak mengizinkan berada di dalam terminal. Hal ini dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Langkah lainnya yang dilakukan adalah rutin melakukan pemeriksaan atau screening terhadap jupang dan mandor bus di lingkumgan Terminal Arjosari. Ini agar tidak terjadi pihak-pihak yang menunggangi mengatasnamakan jupang dan mandor.
“Langkah ini kami ambil supaya kejadian yang sebelumnya itu tidak terulang lagi di dalam Terminal Arjosari,” imbuh Mega.
Baca Juga : Jadwal Lengkap dan Lokasi SIM Keliling Kota Malang Juli 2025: Rabu dan Jumat
Untuk memastikan ketertiban, Mega akan mewajibkan seluruh jupang dan mandor resmi mengenakan rompi sebagai identitas. Rompi ini harus dilengkapi dengan identitas dari masing-masing perusahaan otobus.
“Identitas khusus seperti yang sudah saya sampaikan beberapa waktu lalu di pertemuan dengan mandor dan jupang pada akhir Mei kemarin. Saya meminta kepada jupang dan mandor ini mengenakan rompi,” tegas Mega.
“Jadi, rompi ini sebagai identitas bahwasanya mereka memang resmi dari perusahaan. Jadi bukan jupang liar atau jupang yang hanya mengaku-ngaku saja,” imbuh Mega.
Saat ditanyakan berapa jumlah jupang dan mandor yang terdata saat ini, pihaknya masih melakukan pendataan ulang. Sebab, data yang masuk sebelumnya ada beberapa sudah tidak ada di dalamnya. “Sehingga ini pentingnya juga pendataan ulang,” tutup Mega.
