Tim Pengabdian UM Tawarkan Teknologi Tepat Guna untuk Pedagang Gorengan di Blitar
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Yunan Helmy
14 - Jul - 2025, 07:12
JATIMTIMES - Upaya memperkuat ekonomi desa melalui teknologi kini bukan lagi sekadar wacana. Tim Pengabdian kepada Masyarakat dari Universitas Negeri Malang (UM) hadir langsung di Desa Sumberingin, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, dengan membawa inovasi teknologi tepat guna yang menyasar kebutuhan konkret pelaku usaha kecil. Inovasi yang diusung berupa mesin peniris minyak hemat energi untuk pedagang gorengan.
Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu 12 Juli 2025 di Balai Desa Sumberingin dan disambut antusias oleh perwakilan pelaku UMKM gorengan dari Pasar Sumberingin, jajaran pemerintah desa, serta pengurus BUMDes Beringin Makmur.
Baca Juga : BSU Batch 4 Kapan Cair? Ini Update Jadwalnya
Bukan hanya sekadar agenda formal, kehadiran tim ini menjadi momen penting yang memperlihatkan bagaimana pengetahuan kampus bisa hadir menjawab persoalan sehari-hari masyarakat.

Dipimpin oleh Prof Dr Purnomo ST MPd., bersama tim yang terdiri dari Drs Abdul Qolik MPd, Annisaa Khansa Labibah SPd MA., dan Johan Wayan Dika SPd MPd., Tim Pengabdian UM secara langsung memperkenalkan dan melatih warga menggunakan mesin peniris minyak yang mereka rancang sendiri.
Inovasi ini bukan sekadar alat mekanis, melainkan jawaban atas tantangan klasik para pedagang gorengan: minyak berlebih yang membuat makanan cepat basi dan tak sehat, serta boros dalam penggunaan bahan baku. Dengan kapasitas hingga 17 liter, mesin ini mampu mengeringkan aneka produk gorengan seperti bawang goreng, tahu, tempe, dadar jagung, hingga sempol dalam satu kali proses menggunakan sistem gaya sentrifugal.
Ditenagai motor listrik berdaya rendah (125 Watt), alat ini tidak hanya hemat listrik, tapi juga ramah digunakan oleh usaha kecil di desa. Drum dalamnya berbahan stainless steel food grade, sedangkan struktur luarnya kokoh dan antikarat. Tingginya yang hanya 60 cm memungkinkan alat ini digunakan di ruang dapur sempit sekalipun. Seluruh sistem kelistrikan telah dibuat tertutup demi keamanan, dan pengoperasiannya hanya membutuhkan satu saklar.

"Apa yang dibawa tim pengabdian UM bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi juga pendekatan solutif yang berakar pada kebutuhan masyarakat. Mesin ini menjadi contoh nyata bahwa teknologi tidak harus rumit untuk berdampak besar. Justru karena kesederhanaannya, alat ini bisa langsung diadopsi dan digunakan tanpa memerlukan keahlian khusus," jelas Prof. Dr. Purnomo, S.T., M.Pd.
Warga yang hadir dalam pelatihan bahkan langsung mencoba sendiri...