Lebaran dan Berakhirnya Diskon Tarif Listrik Picu Inflasi di Surabaya
Reporter
Muhammad Choirul Anwar
Editor
Dede Nana
08 - Apr - 2025, 03:37
JATIMTIMES - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya mencatat terjadi inflasi bulanan (m-to-m) sebesar 1,30 persen pada Maret 2025 di Surabaya. Ini merupakan inflasi pertama pada tahun 2025 setelah mengalami deflasi cukup dalam selama 2 bulan berturut-turut.
Sementara itu, secara tahunan (y-on-y) dan tahun kalender (y-to-d), Surabaya juga mengalami inflasi. Pada Maret 2025, tercatat inflasi y-on-y sebesar 0,63 persen, dan inflasi y-to-d sebesar 0,04 persen.
Baca Juga : Pemkot Batu Klaim Realisasi Pajak Pariwisata Sudah Lampaui Target Triwulan Pertama
Kepala BPS Kota Surabaya Arrief Chandra Setiawan menjelaskan, inflasi m-to-m di Surabaya tak lepas dari momentum Lebaran atau Idul Fitri. Selain itu, berakhirnya diskon tarif listrik juga berpengaruh terhadap tingkat inflasi Maret 2025.
PT PLN menyatakan bahwa mulai 1 Maret 2025, tarif listrik kembali normal setelah berakhirnya program diskon 50 persen yang berlangsung selama Januari dan Februari 2025. Pelanggan rumah tangga dengan daya 900 VA hingga 2.200 VA, khususnya pelanggan prabayar, kini kembali membayar tarif sesuai ketentuan normal.
Tak ayal, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami kenaikan harga komoditas sehingga menjadi penyumbang utama andil inflasi Maret 2025. Komoditas utama pada kelompok ini yang memberikan andil inflasi adalah tarif listrik dan sewa rumah.
"Inflasi pada komoditas tarif listrik pada Maret merupakan efek bounce back, yaitu dampak pemulihan setelah berakhirnya kebijakan diskon tarif listrik yang berlaku dua bulan sebelumnya. Mulai bulan Maret 2025, tarif kembali diberlakukan secara normal," ungkap Arrief Chandra Setiawan, Selasa (8/4/2025).
Tarif listrik menjadi penyumbang inflasi terbesar Kota Surabaya pada Maret 2025 dengan andil 0,94 persen. Selain itu, komoditas lain yang juga menyumbang inflasi yakni cabai rawit, bawang merah, emas perhiasan, dan beras dengan andil masing-masing sebesar 0,12 persen, 0,10 persen, 0,06 persen, dan 0,05 persen.
"Kenaikan harga pada komoditas cabai rawit, bawang merah, dan beras secara umum dipicu oleh peningkatan permintaan, terutama menjelang Lebaran, serta diperparah oleh cuaca ekstrem yang mengganggu pasokan. Adapun inflasi pada emas perhiasan sejalan dengan tren kenaikan harga emas dunia," papar Arrief.
Baca Juga : Baca Selengkapnya