Awal Kemunduran Majapahit: Perang Paregreg dan Disintegrasi Kekuasaan
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
A Yahya
08 - Apr - 2025, 07:31
JATIMTIMES - Majapahit, kerajaan besar yang pernah menjadi pusat kekuasaan di Nusantara, mulai menapaki jalan kemunduran sejak akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15. Dinamika politik internal, konflik suksesi, serta bangkitnya kekuatan-kekuatan baru di pesisir utara Jawa dan Sumatra menjadi faktor utama yang menggoyahkan stabilitas kerajaan. Salah satu titik balik dalam sejarah Majapahit adalah Perang Paregreg, sebuah perang saudara yang berkecamuk antara tahun 1401 hingga 1405 Masehi.
Konflik ini tidak hanya menguras sumber daya militer dan ekonomi, tetapi juga menandai perpecahan di tubuh elit Majapahit, mengakibatkan melemahnya kendali pusat atas daerah-daerah taklukan. Setelah perang berakhir, Majapahit dihadapkan pada serangkaian pemberontakan dan intrik istana yang semakin menggerogoti kewibawaan kerajaan. Artikel ini akan mengupas secara mendalam awal kemunduran Majapahit dalam perspektif historiografi, dengan menelusuri akar konflik politik dan dampaknya terhadap kelangsungan kerajaan.
Perang Paregreg: Perpecahan dalam Dinasti
Baca Juga : Toren Air Gampang Ditumbuhi Lumut? Begini Cara Mencegahnya!
Perang Paregreg terjadi akibat sengketa suksesi antara Prabu Wikramawarddhana dan Bhre Wirabhumi, saudara iparnya. Bhre Wirabhumi, yang menguasai wilayah timur Majapahit, menuntut hak atas takhta setelah wafatnya Ratu Kusumawardhani. Persaingan ini berujung pada perang yang berlangsung dalam periode yang tersendat-sendat, di mana masing-masing pihak berusaha mengumpulkan kekuatan dan strategi.
Dalam catatan sejarah, Bhre Wirabhumi akhirnya kalah dan melarikan diri menggunakan perahu pada malam hari. Namun, ia dikejar oleh Bhre Narapati, yang kemudian menangkap dan memenggal kepalanya. Kepala Bhre Wirabhumi dibawa ke Majapahit dan dicandikan di Lung, sebuah tempat yang dikenal dengan nama Grisapura.
Perang Paregreg tidak hanya menyebabkan kehancuran di internal istana, tetapi juga memengaruhi hubungan Majapahit dengan kekuatan asing. Sebanyak 170 prajurit dari armada Laksamana Cheng Ho, yang saat itu sedang berada di Blambangan, tewas dalam konflik ini akibat kesalahpahaman. Insiden ini membuat Kaisar Dinasti Ming menuntut ganti rugi sebesar 60.000 tail emas. Namun, Wikramawarddhana hanya mampu membayar 10.000 tail emas, dan sisanya dibebaskan oleh Kaisar Cina...