Darah dan Debu di Gegodog 1676: Putra Mahkota Pangeran Rahmat Tumbang
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Dede Nana
12 - Jul - 2025, 07:36
JATIMTIMES - Pertengahan paruh kedua abad ke-17 menandai fase kritis bagi dinasti Mataram. Di tengah konflik internal dan pemberontakan terbuka yang dipimpin oleh Raden Trunajaya, kerajaan ini menghadapi tantangan militer dan politik yang mengancam eksistensinya.
Dalam konteks itulah, Pangeran Adipati Anom—kelak bergelar Amangkurat II dan pada masa mudanya dikenal sebagai Raden Mas Rahmat atau Pangeran Rahmat—memimpin sebuah ekspedisi militer besar menuju wilayah pesisir utara Jawa.
Baca Juga : Pendaftaran Turnamen Catur JTN-Polresta Malang Kota Ditutup, Peserta Lebihi Kuota 500 Orang
Misi utamanya adalah menghancurkan kekuatan Trunajaya yang telah berakar kuat di Surabaya dan daerah sekitarnya. Namun, alih-alih meraih kemenangan, ekspedisi tersebut justru berakhir dengan kekalahan tragis di Gegodog pada 13 Oktober 1676. Artikel ini mengupas episode tersebut dari perspektif historiografi Jawa dan Belanda, dengan menyoroti tokoh-tokoh kunci, dinamika politik, serta keretakan aliansi yang akhirnya membawa kehancuran.
Jepara: Persiapan yang Goyah
Pertempuran Gegodog pada 13 Oktober 1676 menjadi salah satu peristiwa paling getir dalam sejarah militer dan politik Mataram Islam pada abad ke-17. Pertempuran ini bukan hanya menandai kekalahan tragis pasukan kerajaan, tetapi juga memperlihatkan dengan tajam krisis kepemimpinan, pengkhianatan, dan keterpecahan elite Mataram di bawah bayang-bayang pemberontakan besar yang digalang Raden Trunajaya.
Dalam medan berdarah itu, Putra Mahkota Raden Mas Rahmat—kelak dikenal sebagai Amangkurat II—mengalami keruntuhan pertama dalam kepemimpinannya, kehilangan moral dan prajuritnya, serta terjerumus dalam kekalahan memalukan yang akan membentuk jalan sejarah Mataram ke arah yang lebih gelap.
Sumber-sumber Jawa seperti Babad Babad Pakepung (BP), Serat Kandha, serta catatan Belanda (Meinsma, Babad Tanah Jawi) menyampaikan narasi dramatik mengenai persiapan dan pergerakan pasukan Mataram menuju medan laga. Pasukan berkumpul di Jepara pada September 1676. Dalam Babad BP jilid XII, halaman 3–5, disebutkan bahwa perkemahan besar didirikan di Jepara, pusat logistik dan strategi sebelum maju ke medan tempur...