Benawa II: Raja Terakhir Pajang yang Menantang Sultan Agung
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
09 - Jul - 2025, 04:24
JATIMTIMES - Pada awal abad ke-17, ketika bayang-bayang kekuasaan Kesultanan Mataram mulai menjangkau seluruh penjuru Tanah Jawa, sebuah suara perlawanan muncul dari reruntuhan kejayaan lama: Pajang.
Dari wilayah yang pernah menjadi pusat kekuasaan Pangeran Benawa, putranya —yang dikenal sebagai Raden Sida Wini atau Pangeran Benawa II— bangkit menentang arus sejarah yang dipaksakan oleh Panembahan Hanyakrakusuma, sosok yang kelak dikenang sebagai Sultan Agung, raja terbesar Mataram.
Baca Juga : PLN Respons Insiden Pemeliharaan Jaringan di Singosari, Sebut Arus Balik Genset Pelanggan Jadi Penyebab
Pemberontakan yang dipimpin oleh Benawa II pada tahun 1617 bukan hanya insiden militer biasa. Ia adalah manifestasi dendam sejarah, konflik legitimasi kekuasaan, dan benturan dua visi politik: otonomi lama yang diwariskan dari Pajang melawan sentralisasi kekuasaan yang dibangun oleh Mataram.
Dinasti yang Dilupakan: Jejak Benawa II
Raden Sida Wini atau Pangeran Benawa II merupakan tokoh keturunan langsung dari Raja Pajang terakhir yang berdaulat, Pangeran Benawa. Sejak wafatnya Pangeran Benawa pada akhir abad ke-16, kekuasaan Pajang memang telah digantikan oleh Mataram yang dipimpin Panembahan Senapati, namun identitas dan warisan politik Pajang tidak serta-merta lenyap. Di antara keturunan bangsawan Pajang, terdapat keyakinan bahwa hak mereka atas kekuasaan masih sahih.
Setelah Mataram mengukuhkan hegemoninya, banyak adipati yang berasal dari garis keturunan Pajang merasa terpinggirkan. Kepada mereka, para raja Mataram terdahulu memberikan otonomi terbatas. Namun, otonomi itu perlahan dicabut oleh Sultan Agung demi konsolidasi kekuasaan pusat. Inilah yang menjadi bara api pemberontakan.
Koalisi Oposisi: Mandurareja dan Surat Pemberontakan
Pemberontakan ini tidak berdiri sendiri. Dalam lingkaran kekuasaan Mataram sendiri, terdapat faksi yang tak puas. Adipati Mandaraka, keturunan Senapati, dan sejumlah bangsawan lama bersimpati kepada Benawa II. Inisiatif datang dari Mandurareja yang diam-diam mengirim surat kepada Benawa II, menawarkan kerjasama untuk menggulingkan kekuasaan Sultan Agung. Ia bahkan menjanjikan akan menyerang dari belakang saat pasukan Mataram bertempur di garis depan.
Benawa II tidak langsung menyambut ajakan itu. Ia meminta Mandurareja bersabar, menunjukkan adanya keraguan atau mungkin kalkulasi strategi. Namun, waktu tidak berpihak padanya. Mataram lebih dulu menyerang...