Zakir Naik Akan Ceramah di Malang, Ini Profil dan Kontroversinya
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
09 - Jul - 2025, 10:14
JATIMTIMES - Nama Zakir Naik kembali jadi sorotan jelang kedatangannya ke Indonesia dalam rangkaian Indonesia Lecture Tour 2025. Pendakwah asal India ini dijadwalkan menggelar ceramah di Stadion Gajayana, Kota Malang, pada Kamis (10/7/2025). Namun, rencana itu menuai penolakan dari sejumlah kelompok masyarakat sipil.
Salah satunya datang dari Arek Malang Bersuara (AMB). Menurut juru bicara AMB, Abdul Aziz Masrib, kehadiran Zakir Naik dikhawatirkan mengganggu kerukunan umat beragama di Malang yang selama ini terjaga. "Kota Malang dikenal sebagai kota yang menjunjung tinggi toleransi. Kami khawatir kehadiran beliau justru mencederai harmoni tersebut," ujarnya.
Baca Juga : Indonesia Gabung BRICS, Apakah Kita Akan Tinggalkan Dolar?
Siapa Zakir Naik?
Zakir Abdul Karim Naik, lahir pada 1965 di Dongri, kawasan padat penduduk di Mumbai, India. Dongri dikenal sebagai kantong komunitas Muslim, tetapi juga memiliki sejarah kelam sebagai lokasi aktivitas kriminal, termasuk penyelundupan dan kejahatan terorganisir.
Zakir tumbuh dalam keluarga yang berprofesi di dunia medis. Ayah dan kakaknya berkarier sebagai dokter, dan ia pun sempat menempuh pendidikan di bidang yang sama. Ia menyelesaikan pendidikan menengah di St. Mary's High School, lalu melanjutkan studi kedokteran di Topiwala National Medical College, Mumbai.
Namun, alih-alih menekuni profesi dokter, Zakir Naik justru memilih jalur dakwah. Pada 1991, ia mendirikan Islamic Research Foundation (IRF) dan mulai dikenal sebagai pendakwah yang menyampaikan ceramah-ceramah bernuansa apologetik dan konservatif. Gaya dakwahnya yang dianggap frontal kerap menuai kritik, khususnya karena pernyataannya yang dinilai ofensif terhadap agama lain.
Zakir Naik menjadi tokoh yang menuai kontroversi di berbagai negara. Ia sempat dilarang masuk ke Inggris pada 2010 oleh Kementerian Dalam Negeri Inggris karena dianggap menyebarkan kebencian. Kala itu, Theresa May, yang menjabat Menteri Dalam Negeri dan kemudian menjadi Perdana Menteri, menyebut retorika Zakir sebagai sesuatu yang "tidak bisa diterima."
Baca Juga : Baca Selengkapnya