Sejarah Hari Kartini yang Diperingati Setiap 21 April
Reporter
Mutmainah J
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
21 - Apr - 2025, 06:29
JATIMTIMES - Setiap tahun di tanggal 21 April masyarakat Indonesia memperingati Hari Kartini. Peringatan ini untuk mengenang jasa-jasanya dalam memperjuangkan kesetaraan gender antara perempuan dengan laki-laki.
Hari Kartini biasa diperingati dengan berbagai kegiatan seperti upacara bendera, lomba pakaian adat, hingga pameran karya perempuan. Hari ini menjadi momen spesial, khususnya bagi para wanita di Indonesia.
Baca Juga : Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad dan Bupati Sanusi Apresiasi Pemain Timnas Indonesia Evandra Florasta
Namun, meski diperingati setiap tahun masih banyak generasi muda yang belum tahu bagaimana sejarah penetapan Hari Kartini dan bisa diperingati setiap tanggal 21 April.
Oleh karena itu, berikut ini tim JatimTIMES sudah merangkum sejarah penetapan hari Kartini hingga bisa diperingati setiap tanggal 21 April.
Sejarah Penetapan Hari Kartini
Dilansir situs BPBD Bogor, Raden Ajeng Kartini merupakan anak dari Bupati Jepara. Statusnya yang menjadi salah satu anak pejabat pada zaman itu membuat ia berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di salah satu sekolah dasar yang dikenal sebagai Europeesche Lagere School (ELS).
Tingginya status sosial pada zaman itu membuat RA Kartini memiliki nasib yang sama seperti anak perempuan pribumi lainnya. Ia hanya mengenyam pendidikan sebatas sekolah dasar dan tidak diperbolehkan untuk lanjut ke jenjang yang lebih tinggi oleh ayahnya.
Selama pertentangan tersebut, Kartini tidak diperbolehkan keluar oleh ayahnya hingga tahun 1898. Dan ini menjadi awal mulanya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan tersebut. Di Jepara RA Kartini mulai membangun salah satu sekolah putri pertama pada zaman itu yang menyediakan kelas menjahit, menyulam dan memasak.
Karena kepiawaiannya RA Kartini memiliki akademik yang tinggi ia dapat berbahasa Belanda dan menulis semua hal itu dipelajarinya secara otodidak. Seringkali ia mengirimkan surat kepada temannya yang di Belanda terkait keinginannya untuk memajukan anak perempuan Indonesia serta menjadi guru bagi mereka.
Hal tersebut harus ia korbankan karena harus menikah dengan Bupati Rembang yaitu Raden Adipati Joyodiningrat. Karena suaminya tahu cita-cita besar apa yang ingin Kartini kejar maka ia mengizinkan untuk membangun sekolah putri di Rembang yang sekarang menjadi gedung pramuka...