Konflik Darah di Istana Mataram: Amangkurat I, Pangeran Purbaya, dan Pembantaian Keraton
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
18 - Apr - 2025, 02:34
JATIMTIMES - Pada pertengahan abad ke-17, Kerajaan Mataram Islam, yang saat itu berada di puncak hegemoni politiknya di Jawa, justru dilanda badai intrik yang bermula dari pusat kekuasaan: istana Kartasura. Konflik laten antara Sultan Amangkurat I (berkuasa 1646–1677) dengan pamannya, Pangeran Purbaya, menjadi sebuah babak penting dalam drama kekuasaan yang berujung pada penyusutan stabilitas kerajaan, pertumpahan darah bangsawan, dan langgengnya politik eliminasi.
Akar Konflik: Darah dan Ketakutan
Baca Juga : Rahasia Kunyit dan Madu untuk Kesehatan Lambung yang Terbukti Ilmiah
Sejak awal masa pemerintahannya, Sunan Amangkurat I dikenal sebagai penguasa yang paranoid, keras, dan sangat terobsesi pada stabilitas kekuasaan. Ia tidak segan mengorbankan darah kerabat demi meredam potensi ancaman. Dalam beberapa tahun setelah naik takhta, ratusan bangsawan, ulama, hingga bekas pejabat era Sultan Agung dibantai atas perintahnya. Kebijakan ini menjadi teror politik yang mewarnai dekade pertama pemerintahannya.
Dalam suasana penuh ketegangan politik dan atmosfer istana yang sarat kecurigaan, muncul satu tokoh tua yang dipandang sebagai potensi ancaman tersembunyi oleh Sunan Amangkurat I. Tokoh tersebut adalah Pangeran Purbaya, seorang bangsawan sepuh keturunan langsung Panembahan Senopati, pendiri dinasti Mataram Islam.
Secara genealogis, Pangeran Purbaya adalah putra Panembahan Senopati dari istri pertama yang bukan permaisuri, yakni Kanjeng Ratu Giring. Ia merupakan saudara seayah dari Raden Mas Jolang, yang kelak naik takhta sebagai Panembahan Hanyakrawati, raja kedua Mataram. Dari Panembahan Hanyakrawati lahirlah Sultan Agung (bertakhta 1613–1645), dan dari Sultan Agung kemudian lahir Amangkurat I (bertakhta 1646–1677).
Dengan demikian, Pangeran Purbaya merupakan saudara seayah namun berlainan ibu dari kakek Amangkurat I. Secara genealogis, ia berasal dari generasi yang lebih tua dalam garis keturunan pendiri Dinasti Mataram.
Ketinggian status genealogis ini, ditambah dengan kewibawaan pribadi serta pengaruh yang masih kuat di kalangan bangsawan sepuh dan prajurit veteran, menjadikan Pangeran Purbaya sebagai sosok yang dipandang berpotensi mengancam otoritas Amangkurat I—raja muda yang tengah mengonsolidasikan kekuasaan dalam sistem monarki absolut dan tersentralisasi...