UIN Maliki Malang Siapkan Lompatan Internasional, Lukman Hakim Ajak Kampus Tentukan Arah Baru
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Nurlayla Ratri
19 - Nov - 2025, 04:35
JATIMTIMES - Ambisi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang untuk naik kelas ke level global kembali diuji dalam forum diskusi terbatas yang digelar di Ruang Rektor, belum lama ini. Alih-alih sekadar seremoni, FGD bertajuk “Transformasi Akademik dan Non Akademik dalam Mencapai Reputasi Internasional” ini menjadi ruang terbuka bagi kampus untuk menakar ulang langkah yang sudah ditempuh sekaligus memikirkan rute baru yang lebih realistis.

Dr. K.H. (HC) Lukman Hakim Saifuddin, mantan Menteri Agama RI yang hadir sebagai narasumber, memulai percakapan dari hal yang sederhana: perubahan hanya bermakna kalau dikawal oleh semangat yang juga ikut berubah.
Baca Juga : 1.530 Buruh Pabrik Rokok dan Warga Prasejahtera Terima BLT DBHCHT Pemkot Batu
“Kalau ada hal baru, biasanya lahir energi baru juga. Momentum seperti ini bisa jadi titik awal UIN Maliki Malang memperjelas arah dan memperkuat rekognisi internasional,” ujarnya.

Daripada terjebak pada jargon globalisasi, Lukman justru menantang kampus untuk menentukan arah permainan. Apakah UIN Maliki Malang ingin menciptakan pasar ilmu, atau sekadar ikut arus? Pertanyaan itu menyorot kebutuhan kampus agar lebih taktis dalam merancang riset, memperbarui kurikulum, dan membangun kolaborasi internasional yang tidak berhenti pada penandatanganan dokumen.
Sementara, Rektor UIN Maliki Malang, Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si., memberikan perspektif yang berbeda. Baginya, reputasi global tidak bisa dilepaskan dari konteks terdekat kampus: masyarakat yang hidup berdampingan di sekitarnya.

Ia merujuk pesan Lukman yang pernah berkali-kali ia dengar saat sang tokoh masih menjabat Menteri Agama. Pesannya sederhana namun tajam.
“Kalau masyarakat di sekitar kampus belum menunjukkan kehidupan yang religius, artinya UIN Maliki Malang belum sepenuhnya berhasil. Sekalipun sudah mendapat label internasional,” kata Prof. Ilfi.
Di titik ini, diskusi tidak lagi berkutat pada standar mutu global, tetapi pada bagaimana kampus menegaskan identitasnya: modern, tapi tetap berpijak pada nilai-nilai yang membentuknya.
Baca Juga : FIB UB Luncurkan Brawijaya Corpora Project, Gebrakan Multimodal untuk Digitalisasi Budaya Jawa Timur
Para Wakil Rektor, Kepala Biro, Dekan, Direktur Pascasarjana, Lembaga, hingga Ketua Senat hadir bukan sebagai penggembira. Diskusi berlangsung cair, berlapis, dan seringkali mengarah pada isu yang jarang muncul di ruang-ruang formal: bagaimana memperkuat budaya akademik tanpa terjebak pada target administratif; bagaimana layanan non-akademik bisa mendorong atmosfer kampus yang lebih terbuka; dan bagaimana menyusun kurikulum yang tidak terputus dari perkembangan dunia.
Ide-ide yang muncul mencakup penataan ulang roadmap internasionalisasi, pembaruan riset unggulan, hingga penguatan infrastruktur digital yang lebih responsif terhadap ekosistem global.
Jajaran pimpinan sepakat bahwa perubahan yang dibutuhkan kampus tidak hanya berhenti pada dokumen, standar mutu, atau program kerja. Transformasi harus menyentuh cara berpikir, tata kelola, ritme riset, serta kualitas interaksi di lingkungan kampus.
Dengan pijakan nilai-nilai keislaman dan keberanian membaca ulang arah langkah, UIN Maliki Malang sedang mengupayakan internalisasi jati diri baru: kampus yang siap bersuara di kancah internasional tanpa kehilangan kepekaan sosial di rumahnya sendiri.
