FIB UB Luncurkan Brawijaya Corpora Project, Gebrakan Multimodal untuk Digitalisasi Budaya Jawa Timur
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Nurlayla Ratri
19 - Nov - 2025, 02:24
JATIMTIMES - Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) resmi memperkenalkan Brawijaya Corpora Project (BCP), sebuah proyek besar yang lahir dari kolaborasi antara Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Diksasindo) FIB dan Teknik Informatika FILKOM UB, Rabu (19/11/2025) di Aula Gedung A FIB UB. Soft launching ini menjadi tonggak baru bagi UB dalam upaya internasionalisasi, pelestarian budaya, dan pengembangan digital humaniora yang terstruktur dan lintas-disiplin.
BCP dirancang sebagai ruang digital yang menyuguhkan culturally loaded expressions, ungkapan-ungkapan yang melekat kuat dengan konteks budaya Jawa Timur dalam format multimodal yang ramah bagi publik global, termasuk pemelajar bahasa yang tidak memiliki latar etnis Jawa Timur. Melalui pendokumentasian, penggalian makna, hingga penyajian visual dalam wujud teks, foto, video, dan model 3D, proyek ini ingin menawarkan pengalaman imersif untuk memahami tradisi lokal secara mendalam.

Dekan FIB UB, Sahiruddin, S.S., M.A., Ph.D., menegaskan bahwa proyek ini bukan muncul tiba-tiba. FIB sejak lama mematok arah besar pada digital humanitas, yang kemudian sejalan dengan agenda Direktorat Budaya Digital di Kementerian Kebudayaan. Menurutnya, ada urgensi untuk memastikan budaya tidak hanya bertahan dalam bentuk konvensional, tetapi juga hadir dalam format digital yang mampu menjangkau generasi masa kini.
Baca Juga : Sarasehan Smart City, Wali Kota Blitar Mas Ibin Dorong Inovasi Digital untuk Tata Kelola Pemerintahan Modern
“Misi utamanya adalah menurunkan budaya ini ke generasi berikutnya. Kami ingin menghadirkan tradisi Nusantara dalam bentuk yang mudah diakses dan dipelajari, bukan hanya lewat buku, tetapi lewat platform yang relevan dengan dunia hari ini,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa inisiatif ini didukung oleh program Globalizing UB, yang mendorong kolaborasi internasional dan penguatan konten lokal untuk dipresentasikan ke dunia. Saat ini, BCP masih berbasis website yang dapat diakses di bpc.ub.ac.id, namun FIB sedang bersiap memperluas jangkauan ke media sosial dengan format video pendek yang lebih komunikatif dan dekat dengan publik muda.
“Ke depan, konektivitas antarbudaya akan menjadi kunci. Kami bayangkan sistem yang mampu memetakan kemiripan budaya, layaknya geographic information system, untuk memperlihatkan bagaimana tradisi satu daerah beririsan dengan daerah lain,” tambahnya.
Dengan kolaborasi bersama Filkom dan dukungan Center of AI UB, proyek ini juga diarahkan menjadi laboratorium integratif antara budaya dan kecerdasan buatan. Dekan FIB melanjutkan, bahwa BCP baru memasuki tahun pertama, namun datanya sudah dapat diakses publik. “Ini tahun pertama, tapi hasilnya sudah bisa dinikmati. Ide dasarnya sudah lama berkembang, dan tahun ini kami bersyukur bisa mulai membukanya ke masyarakat,” tutupnya.

Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Internasionalisasi, Prof. Andi Kurniawan, S.Pi., M.Eng.D.Sc, hadir mewakili Rektor UB yang sedang bertugas di Australia. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi mendalam kepada tim yang telah merawat UB melalui kerja-kerja budaya. Ia juga menyoroti derasnya arus teknologi yang sering kali lebih cepat dibanding perkembangan moral dan sosial masyarakat.
“Anak-anak kita hidup dalam dunia yang mungkin tidak kita kenal. Mereka punya ruang curhat sendiri, dan sering kali bukan kita, tapi ‘Ibu TikTok’ dan ‘Pak Instagram’. Maka kita butuh filter budaya yang kuat,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa teknologi secanggih apa pun tidak akan pernah bisa menggantikan hati sebagai navigator budaya. Karena itu, ia menyebut BCP sebagai langkah cerdas UB menggabungkan kecanggihan digital dengan nilai luhur tradisi. “Negeri ini pernah berada di puncak kemuliaan budaya. Dengan pikiran jernih, hati bersih, dan niat yang baik, saya yakin kita bisa mencapainya lagi. Ini langkah kecil dari jutaan langkah menuju masa depan peradaban yang mulia,” tuturnya.
Baca Juga : DE IMEJ Diluncurkan di Juanda, Wisatawan Kini Lebih Mudah Akses Layanan
BCP digagas oleh tim akademisi lintas bidang: Wahyu Widodo, Dany Ardhian, Sony Sukmawan, Eti Setiawati, Muh. Fatoni Rohman, Bayu Priyambadha berserta tim rekayasa piranti lunak, serta para spesialis digitalisasi seperti Moch. Ighfir Sukardi, Titis Bayu Widagdo, dan Salamah. Sejumlah pakar internasional juga terlibat dalam advisory board, termasuk Miguel Escobar Varela (NUS), Bernard Arps, dan Gina van Ling (Leiden University), serta akademisi nasional Alip Sugianto.
Untuk menghasilkan makna budaya yang akurat dan bertanggung jawab, tim menelaah sumber pustaka sejak awal abad ke-20 hingga masa kini, serta berdiskusi dengan akademisi dan aktivis budaya. Pada 19-20 Agustus 2025, tim juga turun ke lapangan ke wilayah Tengger untuk mengikuti prosesi ritual Karo, berdialog dengan masyarakat dan dukun pandita, hingga mendokumentasikan artefak budaya secara langsung.
Setiap ekspresi budaya kemudian dipaparkan bukan hanya dalam teks, tetapi juga melalui foto, video, dan bahkan representasi model 3D. Pendekatan multimodal ini memungkinkan pengunjung website merasakan pengalaman visual yang lebih hidup dan imersif, tanpa kehilangan akurasi akademik di baliknya.
Koordinator tim, Wahyu Widodo, menegaskan pentingnya proyek ini dalam lanskap studi bahasa dan budaya modern. “Selama dua dekade terakhir, penggunaan korpus dalam linguistik terapan berkembang sangat pesat. Melalui proyek ini, kami ingin memperkenalkan kekhasan ekspresi budaya Jawa Timur lewat platform digital yang tidak hanya akademis, tetapi juga ramah masyarakat luas,” ujarnya.
Dengan peluncuran Brawijaya Corpora Project, FIB UB memperlihatkan bahwa pelestarian budaya tidak harus terpaku pada cara lama. Tradisi dapat dirawat sekaligus diperbarui, dibawa ke ruang digital, dan dipersiapkan menjadi warisan yang bisa dibaca dunia.
