Tanggapi Isu 13 Kampus Diragukan Integritas Risetnya, Rektor Unisma Tekankan Pentingnya Kontribusi Nyata
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
A Yahya
03 - Jul - 2025, 05:07
JATIMTIMES – Sebuah metodologi pelacakan terbaru yang mengedepankan integritas riset telah mengidentifikasi 13 kampus di Indonesia sebagai institusi dengan risiko dalam integritas penelitian. Temuan ini disampaikan melalui Integrity Risk Index (RI²), sebuah metrik gabungan yang dikembangkan oleh Profesor Lokman Meho dari American University of Beirut.
RI² dirancang sebagai respons terhadap kekhawatiran global terkait pemeringkatan universitas yang dinilai terlalu menekankan pada kuantitas publikasi dan kutipan, namun mengabaikan aspek etis dan kualitas riset. Berbeda dari pemeringkatan konvensional, indeks ini mengukur integritas riset melalui dua indikator utama: R Rate dan D Rate.
Baca Juga : Raperda Perubahan APBD 2025, Pemkot Batu Prioritaskan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
R Rate mencerminkan jumlah artikel yang ditarik kembali (retracted) dari publikasi per 1.000 artikel yang dipublikasikan, ini indikasi adanya pelanggaran serius dalam metodologi, etika, atau kepenulisan. Sementara itu, D Rate menunjukkan persentase publikasi dari suatu institusi yang terbit di jurnal-jurnal yang baru-baru ini dikeluarkan dari basis data global seperti Scopus atau Web of Science karena masalah kualitas atau etika penerbitan.
Dari 13 kampus yang masuk daftar, tiga di antaranya dikategorikan "High Risk" karena menunjukkan deviasi signifikan dari norma integritas umum. Kampus-kampus ini termasuk universitas negeri di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Dalam kategori "Watch List", terdapat lima kampus terindikasi memiliki pola yang perlu diawasi lebih lanjut. Di antara kampus dalam pengawasan tersebut terdapat sejumlah perguruan tinggi negeri ternama di Jakarta, Surabaya, Bandung, Bogor, dan Yogyakarta.
Menanggapi temuan tersebut, Rektor Universitas Islam Malang (Unisma), Prof. Dr. H. Junaidi Mistar, Ph.D, menggarisbawahi pentingnya riset yang tidak hanya mengejar publikasi semata, tetapi juga berdampak nyata bagi masyarakat.
"Riset itu bukan sekadar mengejar angka publikasi di jurnal, tapi bagaimana hasil riset bisa menjawab persoalan-persoalan nyata di tengah masyarakat," tegas Junaidi.
Ia juga menyoroti bahwa tidak semua pemeringkatan universitas memiliki tingkat kredibilitas yang setara...