Ketika Moral Majapahit Runtuh, Ratu Dwarawati Menjawabnya dengan Sunan Ampel
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
03 - Jul - 2025, 08:45
JATIMTIMES - Di penghujung abad ke-15, Kerajaan Majapahit yang pernah jaya di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada mengalami kemunduran drastis. Kemunduran ini bukan hanya tampak dalam aspek militer dan politik, tetapi lebih dalam menyentuh sendi-sendi moral dan spiritual masyarakatnya.
Saat itulah muncul sosok perempuan Champa bernama Ratu Dwarawati, yang tidak sekadar menjadi permaisuri Raja Brawijaya V, tetapi juga menjadi jembatan peradaban antara kejayaan Hindu-Buddha Majapahit dan arus baru Islam yang pelan tapi pasti menyusup ke Jawa.
Ratu Dwarawati, sebagaimana disebut dalam Babad Tanah Jawi dan diperkuat nisan di Trowulan yang bertanggal 1390 Saka (1468 M), adalah seorang muslimah dari negeri Champa. Ia dikenal juga sebagai Putri Campa, merujuk pada asalnya dari kerajaan pesisir Indochina yang kini wilayahnya masuk dalam Vietnam. Menurut sumber-sumber sejarah seperti karya Baidlowi Syamsuri dan riset Tempo (2015), Ratu Dwarawati merupakan adik dari Dewi Candrawulan, putri Raja Champa yang menikah dengan seorang ulama besar asal Samarkand, Ibrahim Asmarakandi, putra dari tokoh kunci Islamisasi Jawa, Syekh Jumadil Kubro.
Pernikahan antara Candrawulan dan Ibrahim Asmarakandi melahirkan dua anak: Ali Murtala dan Ali Rahmatullah. Keduanya, kelak, akan memainkan peran sentral dalam sejarah Islamisasi di Nusantara. Saat Majapahit berada di ambang krisis moral pasca wafatnya Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk, Dwarawati merasa terpanggil.
Ia melihat gejala keruntuhan moral di istana: korupsi di kalangan elit, dekadensi budaya, ketidakadilan, dan kejahatan yang tumbuh di akar rumput masyarakat. Dalam situasi seperti inilah, Dwarawati mengusulkan agar keponakannya, Ali Rahmatullah, diundang ke Majapahit untuk mendakwahkan budi pekerti luhur.
Raja Brawijaya V, dengan nama asli Prabu Kertawijaya, menyambut usul itu dengan bijaksana. Ia memahami bahwa perubahan sistem tidak cukup bila manusia yang menjalankannya tidak bermoral. Maka dikirimlah undangan kepada Ali Rahmatullah di Champa. Berangkatlah sang dai muda bersama ayahnya, Ibrahim Asmarakandi, dan kakaknya, Ali Murtala. Mereka menjejak tanah Jawa lewat pelabuhan Tuban...