Tuban di Bawah Kekuasaan Mataram: Ketakutan Surabaya dan Runtuhnya Kota-Kota Pesisir
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
03 - Apr - 2025, 04:17
JATIMTIMES - Tahun 1619 merupakan momen krusial dalam ekspansi Mataram di bawah kepemimpinan Sultan Agung. Setelah sukses menundukkan daerah-daerah pedalaman, sang raja kini mengarahkan pandangannya ke kawasan pesisir utara Jawa, yang selama ini menjadi basis kekuatan kota-kota maritim.
Tuban, salah satu pelabuhan utama di Jawa pada masa itu, menjadi target berikutnya dalam ekspedisi militer Mataram. Kejatuhan kota ini bukan sekadar simbol dominasi, tetapi juga menandai perubahan fundamental dalam peta kekuasaan Jawa, di mana supremasi maritim yang selama ini dipegang oleh kota-kota pesisir perlahan mulai digantikan oleh kerajaan agraris dari pedalaman.
Baca Juga : Sebaran Titik Rawan di Jatim: Perlu Diwaspadai Saat Arus Balik Lebaran 2025
Sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penaklukan Tuban oleh Mataram terjadi pada pertengahan tahun 1619. Jan Pieterszoon Coen, pemimpin Kompeni Belanda di Hindia Timur, mencatat peristiwa ini dalam suratnya tertanggal 7 Oktober 1619. Ia melaporkan bahwa raja Mataram telah berhasil menduduki Tuban dan dampaknya terasa di seluruh pesisir utara, khususnya di Surabaya, yang merasa terancam oleh ekspansi militer besar-besaran ini. Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, sebab kejatuhan Tuban secara langsung menempatkan Mataram dalam posisi strategis untuk mengisolasi dan mengepung kota-kota pesisir lainnya, terutama Surabaya.
Riwayat Singkat Sultan Agung Hanyokrokusumo
Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja ketiga Kesultanan Mataram Islam, merupakan sosok besar yang mengukir sejarah Jawa abad ke-17 dengan kepemimpinan militer dan visi politiknya. Memerintah dari tahun 1613 hingga 1645, ia membawa Mataram ke puncak kejayaan melalui ekspansi wilayah, reformasi ekonomi, dan penguatan budaya.
Lahir pada 14 November 1593 di Kotagede dengan nama asli Raden Mas Jatmika atau Raden Mas Rangsang, Sultan Agung merupakan putra Panembahan Hanyokrowati dan cucu Panembahan Senopati pendiri Mataram. Ibunya, Ratu Mas Adi Dyah Banowati, adalah putri Pangeran Benowo, raja ketiga Kesultanan Pajang. Lingkungan aristokrat tempat ia tumbuh membentuk keterampilan dan visi kepemimpinannya sejak dini.
Di bidang militer, Sultan Agung dikenal karena keberaniannya melawan kekuatan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) di Batavia. Dua kali serangan besar ia lancarkan pada 1628 dan 1629. Meski gagal menguasai Batavia sepenuhnya, keberhasilannya merebut Benteng Hollandia dan mengguncang posisi VOC menjadi bukti ketangguhan pasukan Mataram...