Sultan Agung menaklukkan Tuban: Awal dominasi Mataram di Pantai Utara
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
A Yahya
02 - Apr - 2025, 12:35
JATIMTIMES - Pada tahun 1619, ketika hembusan angin laut masih setia menyampaikan kabar dari negeri seberang, Tuban berdiri sebagai pelabuhan utama di pesisir utara Jawa. Kota ini bukan sekadar persinggahan bagi kapal-kapal dagang, tetapi juga benteng pertahanan bagi penguasa setempat yang menolak tunduk pada hegemoni Mataram. Di bawah kepemimpinan Adipati Tuban, kota ini menjadi simpul perlawanan yang menghambat ambisi Sultan Agung untuk menguasai jalur perdagangan dan politik di utara.
Namun, sejarah tidak memberi ruang bagi yang ragu-ragu. Keputusan untuk menaklukkan Tuban diambil dengan ketegasan seorang raja yang sedang membangun imperium. Di dalam lingkaran istana Kotagede, Sultan Agung mengatur siasat dan memilih panglima-panglima terbaiknya. Dua sosok utama, Martalaya dan Jaya Suponta, mendapat mandat untuk memimpin ekspedisi militer ke pesisir utara. Pasukan ini tidak hanya bergerak dengan kekuatan, tetapi juga membawa strategi yang telah dipertimbangkan matang-matang oleh raja sendiri.
Baca Juga : Gunung Bokong, Primadona Baru Bagi Pendaki yang Ingin Nikmati Panorama Kota Batu
Riwayat Singkat Sultan Agung Hanyokrokusumo
Sultan Agung Hanyokrokusumo, penguasa ketiga Kesultanan Mataram Islam, merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Jawa pada abad ke-17. Memerintah dari tahun 1613 hingga 1645, Sultan Agung bukan hanya dikenal sebagai pemimpin militer yang ulung, tetapi juga sebagai pemikir visioner yang membawa Mataram mencapai puncak kejayaannya.
Sultan Agung lahir dengan nama asli Raden Mas Jatmika, yang juga dikenal sebagai Raden Mas Rangsang. Ia merupakan putra Panembahan Hanyokrowati, putra Panembahan Senopati pendiri Kesultanan Mataram, dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati, putri Pangeran Benowo, raja ketiga Kesultanan Pajang. Ia dilahirkan di Kotagede pada 14 November 1593, dalam lingkungan aristokrat yang mengasah kemampuan kepemimpinannya sejak dini.
Kegemilangan Sultan Agung dalam strategi militer terlihat dari upayanya melawan kekuatan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang bercokol di Batavia. Dua kali serangan besar dilancarkan, masing-masing pada tahun 1628 dan 1629...