JATIMTIMES - Banjir bandang dan longsor yang melanda Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh sejak akhir November 2025 menyisakan duka mendalam. Lebih dari 659 orang dilaporkan meninggal dunia, 475 masih hilang, dan hampir 2.600 ribu warga terdampak bencana.
Di tengah kabar duka yang belum mereda, warganet justru menyoroti sosok-sosok pemimpin BNPB pada masa sebelumnya—tokoh-tokoh yang dinilai memiliki kepekaan, ketegasan, dan kemampuan komunikasi yang menenangkan publik.
Baca Juga : Uji Kompetensi JPT Pratama, Wali Kota Eri: Hasil Tes Jadi Acuan, Bukan Like-Dislike
Kontroversi Pernyataan Kepala BNPB dan Reaksi Publik
Sorotan ini mencuat setelah pernyataan Kepala BNPB saat ini, Letjen TNI Suharyanto, pada 28 November 2025. Dalam konferensi pers, ia menyebut bahwa banjir di Sumatra “terlihat mencekam di media sosial” dan menilai situasinya belum layak ditetapkan sebagai bencana nasional. Ucapan tersebut menuai kritik luas karena dianggap tidak sensitif terhadap kondisi di lapangan.
Sehari kemudian, Suharyanto meninjau Desa Aek Garoga, Tapanuli Selatan, dan tak kuasa menahan tangis saat melihat kerusakan hebat di lokasi. Ia menyampaikan permintaan maaf kepada Bupati Tapanuli Selatan, Gus Irawan Pasaribu, namun gelombang kritik publik belum sepenuhnya mereda.
Peristiwa ini membuat warganet kembali membandingkan gaya komunikasi Kepala BNPB sekarang dengan para pendahulunya termasuk mereka yang telah wafat, namun masih dikenang kuat di ingatan masyarakat.
Tiga Sosok BNPB yang Dirindukan Publik
1. Sutopo Purwo Nugroho – “Pahlawan Informasi” yang Selalu Hadir

Nama almarhum Sutopo Purwo Nugroho kembali menjadi trending. Mantan Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB ini dikenal sebagai figur yang tak pernah absen menyampaikan informasi bencana secara cepat, akurat, dan humanis—bahkan ketika sedang menjalani perawatan kanker paru-paru stadium lanjut.
Ia rutin memerangi hoaks, merilis data harian, dan selalu menjawab pertanyaan media tanpa lelah. Tak heran, banyak warganet mengungkapkan kerinduan terhadap gaya komunikasinya yang jujur dan penuh empati.
“Wah banyak yg kangen sama Pak Sutopo, saya juga. Setiap ada bencana, langsung ingat beliau,” tulis akun @SBKCF.
Sutopo wafat pada 2019, namun namanya tetap menjadi simbol profesionalisme komunikasi bencana di Indonesia.
2. Letjen (Purn.) Doni Monardo – Pemimpin Lapangan yang Humanis dan Tegas

Figur berikutnya yang ramai disebut adalah almarhum Letjen (Purn.) Doni Monardo, Kepala BNPB periode 2019–2021. Di masanya, Indonesia menghadapi sejumlah bencana besar termasuk pandemi Covid-19.
Doni dikenal sebagai pemimpin yang turun langsung ke lapangan, responsif, dan berhati-hati dalam memberikan pernyataan. Ia juga menggaungkan mitigasi jangka panjang lewat kampanye lingkungan seperti penanaman pohon dan rehabilitasi ekosistem.
Sosoknya dinilai tegas namun tetap humanis. Banyak warganet merasa gaya kepemimpinan seperti Doni sangat dibutuhkan di tengah bencana besar saat ini.
“Alm Pak Sutopo, alm Letjen Doni Monardo. Kangen sama statement mereka yang lembut dan menenangkan,” tulis akun @are_inismyname.
Doni Monardo wafat pada 2023, namun warisannya dalam dunia kebencanaan terus dikenang.
3. Achmad Yurianto – Teladan Komunikasi Krisis yang Terstruktur

Meskipun bukan Kepala BNPB, almarhum dr. Achmad Yurianto kerap dijadikan tolok ukur komunikasi pemerintah dalam situasi darurat. Sebagai juru bicara pemerintah saat pandemi Covid-19, Yurianto dikenal lugas, jelas, dan konsisten dalam menyampaikan data.
Publik menilai kemampuannya mengolah informasi krisis sangat relevan dengan situasi bencana di Sumatra saat ini, di mana ketenangan dan kejelasan menjadi kebutuhan utama.
Yurianto wafat pada 2022, namun banyak pihak menilai standar komunikasi yang ia bangun masih sulit tergantikan.
Baca Juga : Kejar Target Nasional IKD, Dispendukcapil Kota Blitar Gelar Layanan Jemput Warga di Kelurahan
Harapan Publik: BNPB Perlu Pemimpin yang Kuat dalam Komunikasi Krisis
Gelombang kerinduan terhadap Sutopo, Doni, dan Yurianto memperlihatkan bahwa masyarakat bukan hanya menuntut kehadiran pemimpin secara fisik, tetapi juga kepekaan komunikasi yang mampu menenangkan di tengah kepanikan.
Publik berharap BNPB dapat menghadirkan juru bicara atau pemimpin yang:
• Responsif dan berbasis data
• Mampu menyampaikan informasi secara jelas
• Empatik dan tidak meremehkan situasi
• Hadir langsung di tengah masyarakat yang terdampak
Di tengah bencana besar di Sumatra, tuntutan akan komunikasi yang transparan dan manusiawi menjadi semakin penting—sebuah warisan yang telah dicontohkan oleh para tokoh kebencanaan sebelumnya.