JATIMTIMES – Peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Kota Blitar menjadi momentum penting bagi seluruh warga untuk menyalakan kembali api solidaritas antarbangsa. Dari kota tempat Bung Karno dimakamkan, pesan persaudaraan dan anti-penindasan yang lahir dari KAA kembali menggema, menegaskan peran Blitar sebagai penjaga nilai kemanusiaan dan keadilan dunia.
Ketua DPRD Kota Blitar, dr. Syahrul Alim, menilai peringatan ini bukan sekadar seremoni sejarah, melainkan pengingat bahwa Indonesia pernah menjadi penggerak utama bagi bangsa-bangsa yang tertindas. Ia menegaskan, semangat KAA harus terus hidup di hati setiap warga Blitar. “Konferensi Asia Afrika dulu mempertemukan negara-negara yang ketika itu banyak tertindas. Spiritnya adalah solidaritas untuk melawan penindasan dalam bentuk apa pun,” ujarnya kepada awak media usai menghadiri seminar peringatan 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika di Perpustakaan Bung Karno, Kota Blitar, Sabtu (1/11/2025).”
Baca Juga : 10 Negara Ini Bikin Iri, Hidup Bebas Pajak Penghasilan di 2025, Gaji Utuh Tanpa Potongan
Menurut Syahrul, semangat itu kini menemukan relevansinya dalam konteks dunia yang masih diwarnai konflik dan ketidakadilan. Ia menyinggung nasib rakyat Palestina yang hingga kini masih berjuang untuk kemerdekaannya. “Kita, bangsa Indonesia, harus tetap mendukung kemerdekaan Palestina. Kalau tidak bisa dengan bantuan material, setidaknya dengan doa dan dukungan moral,” katanya.
DPRD Kota Blitar, lanjut Syahrul, mendukung penuh setiap upaya pemerintah daerah dalam menjaga nilai-nilai historis Bung Karno dan semangat KAA. Ia menilai, peringatan seperti ini juga menjadi sarana memperkuat karakter kebangsaan warga Blitar agar tidak terputus dari akar sejarahnya. “Bung Karno adalah simbol perjuangan melawan penindasan global. Dari Blitar, kita punya tanggung jawab moral untuk meneruskan api itu,” tegasnya.

Wali Kota Blitar, H. Syauqul Muhibbin, yang akrab disapa Mas Ibin, juga mengungkapkan kebanggaannya atas terselenggaranya kegiatan berskala internasional tersebut. Ia menyebut kehadiran banyak tokoh nasional dan tamu dari mancanegara sebagai bukti bahwa Blitar memiliki magnet besar, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga di kancah internasional.
“Ini kebanggaan bagi Kota Blitar. Banyak tokoh dari berbagai negara datang untuk mengenang 70 tahun KAA. Artinya, Blitar punya daya tarik global,” ujarnya.
Ia menjelaskan, pemerintah kota berupaya menghadirkan citra Blitar yang ramah, hangat, dan membumi. Para tamu negara disuguhi berbagai kuliner khas lokal seperti nasi pecel, sego mangut, sego jangan, hingga es pleret. “Kami ingin memperkenalkan kekayaan kuliner dan budaya Blitar. Banyak tamu bilang mereka senang bisa menikmati makanan lokal,” ungkapnya.
Pemerintah Kota Blitar juga menyiapkan pemandu wisata yang fasih berbahasa asing untuk memperkenalkan berbagai destinasi sejarah, termasuk Makam Bung Karno yang menjadi magnet wisata spiritual dan nasionalisme. “Satu-satunya di dunia, makam proklamator bangsa ada di Blitar. Ini potensi besar yang terus kami kelola,” kata Mas Ibin.
Baca Juga : Dari Kota Blitar, Megawati Serukan Dunia Baru Berkeadilan: Pancasila Etika Global, Palestina Harus Merdeka
Baik DPRD maupun pemerintah daerah sepakat mendorong agar peringatan KAA bisa digelar rutin setiap tahun di Blitar. Selain sebagai penghormatan terhadap warisan Bung Karno, kegiatan ini juga menjadi simbol diplomasi budaya yang memperkuat posisi Blitar sebagai kota sejarah dan kota dunia.
“Bangsa-bangsa lain selalu ingin tahu siapa pendiri Indonesia. Dan ketika mereka datang ke sini, mereka melihat langsung jejak Bung Karno. Itulah kebanggaan kita,” tutur Mas Ibin.
Dari Kota Blitar, semangat KAA kembali hidup. Tidak hanya terlihat dalam bentuk peringatan, tetapi juga dalam kesadaran kolektif bahwa dunia yang adil, damai, dan berdaulat hanya bisa dibangun atas dasar solidaritas dan kemanusiaan. Seperti dikatakan dr. Syahrul Alim, semangat Asia-Afrika harus tetap ada di setiap warga Blitar, sebab dari sinilah api keadilan dunia pernah dinyalakan.