Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Agama

Sejarah Kiswah, Kain Penutup Baitullah yang Terbuat dari Sutra Berlapis Benang Emas

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

29 - Nov - 2022, 07:40

Kain kiswah pelindung Ka'bah (pixabay)
Kain kiswah pelindung Ka'bah (pixabay)

JATIMTIMES - Para umat Islam tentunya sudah tidak asing lagi dengan kiswah, kain yang menutupi Baitullah. Setiap musim haji, kain ini selalu diganti. Kain penutup Ka’bah sendiri disebut kiswah, yang dalam bahasa Arab berarti selubung. 

Kiswah terbuat dari sutera murni berwarna hitam pekat dengan hiasan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur'an dan terbuat dari benang emas dan perak. Kiswah terdiri dari lima bagian, yakni empat sisi dan tirai pintu. Kainnya sutera yang digunakan pun diimpor khusus. Untuk membuatnya dibutuhkan lebih dari 600 Kg sutra murni. 

Baca Juga : Warga Sukorejo Ditemukan Meninggal di Pinggir Jalan

Diolah dari Kalam Sindo, dari Ustaz Miftah el-Banjary Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an, menurut sejarah sejak zaman Nabi Ismail AS, Ka'bah telah diberikan kiswah. Namun belum ada catatan pasti yang mengkisahkan, terbuat dari bahan apa dengan warna apa kiswah pada zaman dahulu.

Disebutkan, kiswah melindungi Ka'bah pada masa kepemimpinan Raja Himyar As'ad Abu Bakr dari Yaman, terbuat dari kain tenun. Pada masa itu, Raja Himyar memasang kiswah sesuai tradisi Arab yang berkembang sejak zaman Nabi Ismail. Sedang di masa Nabi Ismail, kiswah kabarnya berupa beludru. 

Kemudian di masa leluhur Rasulullah yang terkemuka, yakni Qusay Ibnu Kilab, pemasangan kiswah pada Ka'bah menjadi tanggung jawab dari suku Quraisy. Rasullullah sendiri satu ketika pernah memberikan perintah pembuatan kiswah dengan sebuah kain yang berasal dari Yaman. 

Sementara, para Khalifah penerus Rasulullah, mengintruksikan pembuatan kiswah dari kain benang kapas.

Kemudian, pada era Kekhalifahan Abbassiyah, Khalifah ke-4 Al-Mahdi, meminta agar kiswah dibuat dari kain sutra Khuz. 

Pada masa pemerintahannya, kiswah didatangkan dari Mesir dan Yaman.

Pada masa Turki Utsmani, kain kiswah datang dari Istanbul Turki. Produksi kiswah di sana, dikatakan menghasilkan kiswah terbaik di masanya. 

Pada tahun 1927, Raja Abdul Aziz membangun Pabrik Kiswah di Uum Al Jude. Di pabrik tersebut, Kiswah yang dihasilkan memiliki kualitas yang sangat bagus. Tukang tenun yang dibawa berasal dari India.

Baca Juga : Pemkab Kediri Salurkan Donasi untuk Korban Gempa Cianjur

Pabrik tersebut sempat vakum ketika jalinan hubungan Mesir dan Arab Saudi memburuk. Namun pada 1962, hubungan memburuk sehingga tak lagi memproduksi kiswah dari Mesir. Baru pada tahun 1977, pabrik kiswah di Mekkah buka kembali. 

Kini kiswah Baitullah dirancang khusus lebih dari 200 karyawan penduduk asli Arab Saudi. Kiswah memiliki tingginya 14 meter dan lebar 47 meter. 

Bagian atas selebar 95 Cm dihiasi benang perak berlapis emas dengan berat 130 kg sampai 150 kg. Kabarnya, dalam pembuatan satu kiswah, memakan dana sampai 17 juta riyal atau kira-kira 43 miliar rupiah.


Topik

Agama


Bagaimana Komentarmu ?


JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Indonesia Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Nurlayla Ratri