Saat Nabi Mengganti Nama: Pesan Moral di Balik Sebuah Identitas

Editor

A Yahya

05 - Dec - 2025, 09:55

Ilustrasi beberapa orang lelaki yang namanya diganti nabi (ist)


JATIMTIMES - Beratnya sebuah nama kadang tak terasa di lidah, tapi dampaknya bisa memantul jauh ke hidup seseorang. Dalam banyak riwayat, Rasulullah SAW berkali-kali menunjukkan bahwa memberi nama bukan cuma soal pilihan bunyi, melainkan doa yang diselipkan, arah hidup yang dibisikkan, dan harapan yang dijahitkan pada seseorang.

Zaman dulu, masyarakat Arab masih membawa sisa-sisa tradisi jahiliyah. Nama sering dibiarkan bernilai suram, keras, bahkan merendahkan. Karena itu, Rasulullah pernah menegur seorang lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai Ashram, yang berarti “tanah tandus”. Beliau langsung mengubahnya menjadi Zur’ah, sebutan yang bermakna subur dan penuh harapan.

Baca Juga : Khutbah Jumat 5 Desember 2025: Musibah Banjir dan Ajakan untuk Lebih Peduli Lingkungan

Hal serupa terjadi pada seorang lelaki lain. Ia menyebut dirinya Hazan, yang artinya tanah keras berbatu. Nabi menukar nama itu menjadi Sahlun, yang menggambarkan kelapangan dan kelembutan. Ada pula seorang lelaki bernama Ghawi bin Zhalim, nama yang jelas tidak enak didengar. Rasul menggantinya menjadi Rasyid bin Abdir Rabbih, sebuah nama yang membawa makna petunjuk dan keteduhan.

Bukan hanya sekadar mengganti, tindakan Nabi sering membawa keberkahan yang nyata. Di tengah Perang Dzi Qarad, Rasul melewati sebuah sumur yang dikenal sebagai Bi’san, “kemalangan”. Airnya asin, tak layak minum. Beliau langsung menyebut, “Sekarang namanya Nu’man.” Sahabat mencoba menciduk airnya, dan benar, rasa asin itu hilang begitu saja. Sumur tersebut kemudian dibeli Thalhah bin Ubaidillah, lantas disedekahkan. Mendengar itu, Rasul memanggil sahabatnya dengan nama baru: Fayyadh, yang berarti limpahan kebaikan. Julukan itu melekat hingga akhir hayat.

Namun, kisah-kisah ini sering disalahartikan sebagian orang. Di masa kini, terdapat orang tua yang buru-buru mengganti nama anaknya karena merasa sang anak “sial”, sering sakit, atau sering tertimpa musibah. Padahal, keyakinan semacam itu bisa terjebak pada tathayyur, takhayul yang menautkan nasib pada nama semata.

Sementara itu, beberapa kisah mengenai Nabi Muhammad SAW yang mengubah nama seseorang memang tercatat dalam literatur hadis, seperti riwayat Sunan Abu Dawud tentang penggantian nama yang bermakna kurang baik. Namun, cerita mengenai perubahan nama sebuah sumur dari Bi’san menjadi Nu’man tidak tercatat dalam kitab hadis utama dengan sanad jelas. 

Baca Juga : Jangan Takut Lapor! Dinsos P3AP2KB Kota Malang Siap Lindungi Korban Kekerasan dan Pastikan Identitas Aman

Narasi tersebut kerap muncul dalam literatur populer atau cerita-cerita hikmah tanpa rujukan primer yang terverifikasi. Oleh karena itu, bagian tersebut disampaikan sebagai kisah tradisional yang berkembang di masyarakat, bukan sebagai riwayat sahih yang memiliki dasar historis yang kuat.


Topik

Agama, nabi muhammad, kisah nabi, sunnah, islam, sirah nabawiyah, sejarah islam, dakwah, artikel islam, nama anak, hikmah islam, muslim,



Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di Indonesia. Sektor industri, perdagangan, dan pariwisata menjadi pilar utama perekonomian Jatim. Pembangunan infrastruktur juga terus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.



cara simpan tomat
Tips Memilih Bralette