Darah Berbek, Strategi Mangkunegaran: KPH Warsokusumo dan Lahirnya Kabupaten Blitar
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
12 - Jul - 2025, 04:09
JATIMTIMES - Abad ke-19 merupakan masa transisi besar di Jawa. Setelah berakhirnya Perang Jawa (1825–1830), kekuasaan Hindia Belanda semakin kuat mencengkeram wilayah-wilayah kerajaan Jawa. Namun di balik bayang-bayang kolonialisme itu, para bangsawan lokal tidak sepenuhnya kehilangan peran.
Mereka mengubah taktik: dari medan perang ke arena pemerintahan kolonial. Salah satu tokoh penting dalam masa transisi ini adalah Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Warsokusumo, Bupati Blitar (1869–1896). Ia bukan hanya birokrat kolonial, tetapi juga pewaris dua dinasti besar: Mangkunegaran dan Berbek.
Baca Juga : Dikbar Panji Bangsa di Kota Blitar: Cetak Kader Religius dan Tangguh Jaga Marwah PKB
Melalui figur Warsokusumo, kita dapat menelaah bagaimana kekuasaan lokal Jawa bertransformasi di bawah bayang-bayang kolonialisme dan bagaimana elite lokal membangun peradaban kota baru: Blitar.
Akar Genealogi: Dinasti Mangkunegaran dan Berbek
KPH Warsokusumo terlahir dengan nama Raden Mas Sumitro. Ayahnya adalah Bendara Raden Mas Mayor Aryo Suryoputro, putra dari KGPAA Mangkunegara III, penguasa Mangkunegaran yang dikenal dengan kebijakan militernya melalui Legiun Mangkunegaran. Ibunya, Raden Ayu Condrodiwati, adalah putri dari Raden Tumenggung Sosrodirejo, Bupati Berbek periode 1832–1843. Dengan demikian, Warsokusumo mewarisi dua warisan kekuasaan: tradisi militer-sipil Mangkunegaran dan kearifan lokal Berbek.
Dinasti Mangkunegaran, sejak Mangkunegara II hingga Mangkunegara III, memainkan peran strategis sebagai kekuatan perantara antara kolonial Belanda dan Keraton Surakarta. Legiun Mangkunegaran menjadi model militer modern yang mendukung stabilitas Vorstenlanden. Sementara itu, Berbek adalah daerah strategis yang, sejak masa Kanjeng Jimat Sosrokusumo, memainkan peran penting dalam integrasi wilayah Jawa Timur pasca-Perang Diponegoro.
Karier Politik dan Pernikahan sebagai Aliansi
Warsokusumo menikah tiga kali, yang masing-masing pernikahan menunjukkan kepiawaiannya dalam membangun aliansi kekuasaan. Pernikahan pertamanya dengan sepupunya sendiri, putri KPH Suryo Mataram tidak menghasilkan keturunan. Pernikahan keduanya dengan putri Bupati Srengat, RAy Sri Wulan, melahirkan KPH Sosrohadinegoro yang kelak menjadi Bupati Blitar III.
Pernikahan ketiganya sangat strategis: ia menikahi RAy Nataningrum, janda dari KGPAA Mangkunegara IV dan putri dari KPH Suryo Nataningrat...