Menyelami Kedalaman Makna Surah An-Naml: Kisah Nabi, Tanda Ilahi, dan Hikmah Kehidupan
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
03 - Jul - 2025, 08:48
JATIMTIMES – Surah an-Naml menjadi salah satu surah dalam Al-Qur’an yang menyuguhkan panorama kisah para nabi sekaligus pesan ketuhanan yang penuh hikmah. Terletak pada urutan ke-27 dalam mushaf dan terdiri atas 93 ayat, surah ini termasuk dalam kelompok surah Makkiyah yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.
Nama an-Naml sendiri bermakna “semut”, merujuk pada salah satu kisah unik yang terkandung di dalamnya. Namun, para ulama menyebutkan bahwa surah ini juga dikenal dengan nama Surah al-Hud-Hud, bahkan Surah Sulaiman, karena menyimpan kisah mendalam tentang Nabi Sulaiman AS dan interaksinya dengan dua makhluk ciptaan Allah, yakni semut dan burung hud-hud.
Baca Juga : Ketika Moral Majapahit Runtuh, Ratu Dwarawati Menjawabnya dengan Sunan Ampel
Menurut ulama tafsir terkemuka M. Quraish Shihab dalam Al-Qur’an dan Maknanya, penamaan surah ini mencerminkan kedalaman simbolik dari ayat-ayat yang dikandungnya. Semut dan burung hud-hud, makhluk yang kerap dianggap kecil atau biasa, justru memainkan peran penting dalam kisah kenabian Nabi Sulaiman. Ini menjadi pesan tersirat bahwa dalam skenario Ilahi, tidak ada ciptaan yang sia-sia.
Syekh Nasir Makarim Syirazi melalui Tafsir Al-Amtsal menyoroti pula penggunaan huruf muqaththa’ah pada awal surah. Fenomena ini memperkuat dimensi keajaiban Al-Qur’an yang mengandung makna-makna tersembunyi. Sebuah riwayat dari Ali ibn Husain al-Sajjad menyingkap bahwa huruf-huruf tersebut merupakan jawaban Allah atas tuduhan Quraisy dan kaum Yahudi yang menyebut Al-Qur’an sebagai sihir buatan. Allah menegaskan bahwa kitab-Nya tersusun dari huruf-huruf yang sama dengan bahasa mereka, namun tak ada seorang pun mampu menandingi keindahan dan kedalamannya.
Surah an-Naml diawali dengan pernyataan tegas: bahwa Al-Qur’an adalah Kitabun Mubin, kitab yang jelas, memberi penjelasan, dan tak menyisakan keraguan sedikit pun. Allah menyampaikan bahwa bagi orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, perbuatan buruk justru akan tampak indah, hingga mereka terjerumus dalam kesesatan.
Prof. Dr. M. Yunan Yusuf dalam Tafsir Juz 20: Al-Qawiyyu al-Amin menjelaskan bahwa puncak dari surah ini adalah penggambaran tentang bagaimana Allah akan menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya di akhir zaman, hingga tak seorang pun bisa menyangkal kebenaran-Nya...