Penobatan yang Mengakhiri Pajang: Ketika Senapati Angkat Benawa dan Ambil Pusaka
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
01 - Jul - 2025, 05:50
JATIMTIMES - Dalam pergolakan pasca-kemunduran Kesultanan Pajang pada akhir abad ke-16, sebuah momentum sejarah terbangun dari pertemuan dua kekuatan yang memiliki legitimasi berbeda. Yakni, satu berasal dari garis darah Kesultanan Demak melalui Sunan Prawoto dan Ratu Kalinyamat serta satu lagi lahir dari medan perjuangan lokal Mataram Islam.
Tokoh utamanya adalah Arya Pangiri, adipati Demak yang naik takhta sebagai raja Pajang dan Sutawijaya atau Panembahan Senapati, pemimpin Mataram yang kelak mendirikan dinasti baru.
Arya Pangiri: Warisan Demak dalam Pajang
Baca Juga : Mahasiswa FISIP UB Turun ke Desa Kabupaten Malang, Bantu Pecahkan Masalah Warga
Pada penghujung abad ke-16, Kesultanan Pajang menghadapi persimpangan sejarahnya yang paling menentukan. Konflik internal, warisan dendam masa lalu, dan peralihan kekuasaan yang berlapis-lapis membawa Pajang kepada kehancuran, yang sekaligus menjadi titik tolak kemunculan Mataram sebagai kekuatan baru di jantung Tanah Jawa.
Salah satu tokoh kunci dalam momen kritis ini adalah Arya Pangiri, anak Sunan Prawoto, sultan Demak terakhir yang wafat terbunuh dalam konstelasi berdarah politik pesisir utara. Ia diasuh oleh Ratu Kalinyamat di Jepara, tokoh perempuan yang tidak hanya berjasa dalam perlawanan terhadap Portugis di Malaka, tetapi juga memainkan peran penting dalam jejaring kekuasaan Islam pesisir Jawa.
Dalam strategi konsolidasi politik, Arya Pangiri dinikahkan dengan putri Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir), sultan Pajang. Melalui pernikahan ini, ia masuk dalam orbit istana Pajang.
Namun, setelah wafatnya Sultan Hadiwijaya dan turunnya status Pangeran Benawa menjadi sekadar adipati Jipang, Arya Pangiri naik takhta dan menyatakan dirinya sebagai Raja Pajang. Kenaikan ini bukan tanpa pertikaian. Sebab, kekuasaan Arya Pangiri ditopang oleh dukungan bangsawan pesisir yang datang bersamanya dari Demak, sehingga menimbulkan gesekan keras dengan elit Pajang lokal. Babad Tanah Jawi (ed. Meinsma, hlm. 94-95) mencatat bahwa para pendatang dari Demak diberi kedudukan tinggi, bahkan pangkatnya dinaikkan, sementara tanah-tanah penduduk Pajang disita untuk menghidupi para pendatang itu.
Babad Tanah Jawi mencatat bahwa Arya Pangiri membawa serta rombongan besar dari Demak ke istana Pajang. Ia membagi-bagikan jabatan dan tanah rampasan kepada para pengikutnya, sebagian besar bangsawan pesisir, yang memperlakukan masyarakat Pajang dengan sikap merendahkan...