Sultan Murad IV dan Kisah Wali Allah yang Tersembunyi di Balik Miras dan Pelacur
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Nurlayla Ratri
17 - Apr - 2025, 09:30
JATIMTIMES - Di tengah kejayaan Kekaisaran Ottoman, terdapat cerita yang menyentuh hati tentang seorang Sultan yang tegas dan penuh kontroversi. Sultan Murad IV, yang memimpin dari tahun 1623 hingga 1640, dikenal tidak hanya karena kebijakan kerasnya, tetapi juga karena kisah pertemuannya dengan seorang wali Allah yang memiliki kehidupan penuh kontradiksi.
Cerita ini, yang tercatat dalam buku Subjects of the Sultan: Culture and Daily Life in the Ottoman Empire oleh Suraiya Faroqhi, mengungkapkan sisi lain dari sosok Sultan Murad IV, yang meskipun terkenal dengan ketegasan dalam menegakkan hukum, ternyata memiliki sisi kelembutan dalam melihat kemanusiaan.
Baca Juga : Rahasia Kunyit dan Madu untuk Kesehatan Lambung yang Terbukti Ilmiah
Lahir pada 27 Juli 1612, Sultan Murad IV memulai masa pemerintahannya pada usia yang sangat muda, hanya 11 tahun. Menggantikan pamannya, Sultan Mustafa I, yang mengalami masalah kesehatan mental, Murad IV naik tahta dengan latar belakang yang tidak mudah. Ketika ia masih anak-anak, ibunya, Kosem Sultan, memimpin sementara hingga ia cukup umur. Sayangnya, masa pemerintahan ibunya diwarnai dengan korupsi dan pemberontakan yang merusak stabilitas kekaisaran.
Namun, ketika Murad IV akhirnya dewasa, ia mengambil alih kekuasaan dan melakukan reformasi besar-besaran. Di bawah pemerintahannya, ia dikenal sangat tegas dalam menegakkan hukum dan memberantas penyalahgunaan kekuasaan. Sultan Murad IV tidak hanya berfokus pada penguatan wilayah kekaisaran melalui ekspansi, tetapi juga memerangi korupsi dan kejahatan di dalam negeri. Salah satu kebijakan paling terkenal adalah pelarangan keras terhadap alkohol, tembakau, dan kopi, dengan hukuman berat bagi siapa pun yang melanggar.
Namun, di balik kekuasaan dan ketegasannya, Sultan Murad IV memiliki sisi lain yang jarang diketahui orang. Suatu malam, dalam penyamaran sebagai rakyat biasa, ia keluar dari istana bersama kepala pengawalnya untuk mengamati kehidupan masyarakat. Mereka berjalan di jalanan Istanbul, hingga mereka menemukan seorang pria yang tergeletak di lorong sempit, tampaknya sudah meninggal dunia.
Sultan Murad IV, yang merasa prihatin, bertanya kepada warga sekitar mengapa tidak ada yang mau mengangkat jenazah pria tersebut. Seorang warga menjawab bahwa pria itu terkenal dengan kebiasaan menenggak alkohol dan berzina...